Selasa, 01 Maret 2011

Masa Kecil yang Menyenangkan

Ingatanku melayang ke masa lebih dari tiga puluh tahun yang lalu. Betapa masa itu sangat membekas dan memberi arti banyak dalam perjalanan hidupku selanjutnya. Layaknya seorang anak, bermain sebenarnya sarana anak untuk belajar.

Tak salah jika seringkali kita menyebutkan dunia anak adalah dunia bermain. Bermain diharapkan menjadi sarana belajar serta pengembangan nilai EQ pada anak. Saat bermain sebenarnya anak dikenalkan dengan proses untuk melakukan pengenalan hidup dan kehidupan.

Semasa kecil dulu saya tinggal di perkebunan. Hingga kini masih terkenang permainan yang sering kami mainkan adalah galah asin (gobak sodor), engklek/sondah dan sorodot gaplok.

Beruntung rasanya saya mempunyai masa kecil yang indah. Tidak terbebani oleh les dan kursus. Hampir seluruh waktu, dari pagi hingga sore diisi dengan hal-hal yang menyenangkan. Umumnya anak-anak yang berada di daerah perkebunan, mereka jarang sekali yang mempunyai televisi, apalagi permainan elektronik seperti anak zaman sekarang. Selain karena memang masih belum banyak dijual , kondisi ekonomi mereka pun memang tidak memungkinkan untuk menikmati tayangan televisi. Hanya beberapa gelintir orang saja yang bisa memiliki permainan elektronik. Saat itu akhir tahun tujuh puluhan, saat saya masih TK (Taman- Kanak-Kanak) dimana saya sangat menikmati beberapa permainan yang kini sulit ditemui.

Biasanya kami (saya dan saudara/kerabat) bermain bersama dengan anak-anak karyawan atau buruh perkebunan, dan kami tidak merasa ada perbedaan kesenjangan hanya dikarenakan kakak sepupu merupakan kepala perkebunan ( Administrateur) di suatu perkebunan di daerah Jawa Barat. Justru karena menjadi keluarga Administrateur inilah maka anak-anak karyawan dan buruh bisa bermain bersama menggunakan fasilitas yang disediakan perkebunan.Permainan yang sering kami mainkan adalah permainan Galah Asin/ Gobak sodor. Kami biasanya melaksanakan permainannya di lapangan tenis saat siang atau pun sore hari saat lapangan tenis tersebut tidak dipergunakan. Permainan Galah asin adalah permainan yang memerlukan ketangkasan menyentuh badan lawan atau menghindar dari kejaran lawan. Permainan Galah asin ini dilakukan oleh dua kelompok, kelompok pertama sebagai pemain dan kelompok kedua sebagai penjaga.

Cara bermain galah asin ini saya dan teman-teman bermain secara tim yang terdiri dari dua tim, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Dalam permainan ini kita diharuskan menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota tim yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota tim yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Untuk anggota tim yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Sedangkan anggota yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal, biasanya satu orang, orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Wah senang sekali rasanya kalau menang, kalaupun kalah tidak menjadikannya sebagai permusuhan. Jika dipikir-pikir ternyata permainan ini juga bisa menjadi sebuah olahraga. Karena banyak menguras energi, dan sekaligus juga berlatih untuk berlari cepat selain mengunakan akal untuk mensiasati lawan.

Permainan lain yang biasa saya dan teman-teman mainkan yaitu engkle/ sondah, permainan ini mengharuskan pemainnya melompati petak-petak seperti bentuk pesawat. Engkle/sondah cukup dimainkan di tanah lapang dengan membuat petak-petak di permukaan tanah sesuai dengan bentuk yang disepakati baik menggunakan kapur atau pecahan genting. Alat lain yang digunakan adalah benda pipih seperti batu, pecahan genting, tutup botol yang digepengkan dan lain-lain sebagai biji. Inti permainannya adalah melempar batu pipih ke dalam kotak dengan tidak boleh keluar atau mengenai garis batas kotak, lalu melompat-lompat dengan satu kaki dalam kotak yang tidak berbatu tanpa boleh menginjak garis dan batu peserta lain. Setelah berputar anak harus mengambil batu dengan tetap bertumpu pada satu kaki lalu melompat kembali sampai ke garis awal. Begitu seterus sampai tidak ada lagi kotak yang kosong. Adapun manfaat dari permainan engkle ini adalah melatih keseimbangan tubuh, melatih kemampuan reka visual, meningkatkan kemampuan perencanaan gerak, meningkatkan kemampuan diferensiasi tekstur berdasarkan indera perabaan.

Yang tak kalah menariknya adalah permainan sorodot gaplok yaitu permainan membawa batu dengan telapak kaki bagian atas lalu dibenturkan ke batu lain yang berdiri sejauh jarak yang telah disepakati. Jumlah pemain adalah genap, jadi minimal ada dua orang untuk bermain secara bergantian atau lebih, dibagi menjadi dua tim.

Cara bermain, disepakati satu garis untuk memasang batu secara berdiri. Lantas ada satu garis pada jarak tertentu untuk pemain lawan melemparkan batu. Pemain yang memasang batu secara berdiri adalah pemain yang berjaga. Sedangkan pemain yang melempar batu adalah yang bermain. Tim pemain akan berdiri berjajar di garis lempar langsung menjatuhkan batu lawan, ada juga yang lemparannya terlalu dekat atau terlalu jauh, sehingga harus melempar dari posisi jatuh batunya. Jika jaraknya dekat, lemparan dilakukan secara ngolong, yaitu posisi setengah berjongkok dan batu dilemparkan lewat kolong kaki. Jika jaraknya cukup jauh, batu dikolongkan namun ke arah atas, lalu ditangkap, kemudian dilemparkan seperti biasa. Jika semua batu lawan sudah jatuh, dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu menjatuhkan batu lawan dengan menggunakan kaki. Batu diletakkan di atas kaki, lalu melangkah seraya berusaha membenturkan batu ke batu lawan. Biasanya pada jarak terntentu, langkah terhenti, sehingga batu meluncur datar. Inilah yang disebut sorodot (meluncur) dan batu yang saling menubruk batu seolah sedang saling menampar (gaplok).

Sungguh menarik bukan, permainan tradisonal ini. Ketika memainkan permainan tradional ini umumnya kami memanfaatkan fasilitas yang ada dan tidak harus mengeluarkan uang untuk membeli peralatan. Biasanya juga dalam permainan tradisional banyak melibatkan pemain. Karena permainan tradisional ini dimaksudkan untuk mengasah kemampuan/kecerdasan interpersonal, dimana diharapkan anak dapat berinteraksi dengan baik dengan temannya(bersosialisasi). Selain tentunya permainan ini untuk bersenang-bersenang/ bergembira. Dan yang tak kalah pentingnya permainan tradisional merupakan sebuah akar budaya suatu bangsa, dimana dalam permainan ini terkandung nilai-nilai luhur dan pesan moral di dalamnya. Dalam permainan tradisional ini anak diajarkan untuk sportif, jujur, bertanggung jawab, berprestasi, tata pada peraturan dan berlapang dada saat mengalami kekalahan.

Mengenang itu semua membuat saya ingin kembali ke masa kecil, bagaimana bahagianya dulu, bermain sambil belajar dan hidup tanpa beban. Kini saya pun menginginkan jika anak-anak bisa bahagia dan ceria seperti saya dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar