Selasa, 30 Oktober 2012

Waktu dalam Kehidupan

Waktu dalam Kehidupan Bukan lama waktu yang menentukan kebesaran seseorang. Ada orang yang hidup sekian lama sampai satu abad tetapi biografinya selesai ditulis dalam 3 baris di batu nisan yaitu, nama, tanggal tahir, dan tanggal meninggal. Sementara itu Rasulullah hanya 64 tahun hidup didunia tetapi pada penulis dan sejarawan belum juga usai menulis biografi panutan kita itu. Itu karena beliau mewakili seluruh efensiensi, efektifitas, dan produktifitas waktu. Mengelola dan mengatur waktu yang kita miliki menunjukkan kualitas diri kita. Karena, masalah kita dengan waktu adalah keterbatasan dan ketidakpastian. Maka yang terpenting bagi kita bukanlah “Berapa lama kita hidup di dunia” tetapi lebih pada Bagaimana kita memanfaatkan hidup yang hanya sebentar ini. Manajemen waktu merupakan bagian yang paling berkaitan denga pendangan hidup seseorang dan kerenanya bersifat spesifik, unik, dan kasuistis. Dalam skala yang lebih luas, manajemen waktu sangat terkait dengan falsafah hidup dan budaya sebuah masyarakat. Kesalahan yang sering kita lakukan dalam manajemen waktu yaitu kebiasaan menyederhanakan konsep manajemen waktu menjadi cara menyusun jadwal kerja. Karena jadwal hanyalah bagian paling akhir dan paling teknis dari keseluruhan konsep manajemn waktu. Dan kebiasaan menunda-nunda dapat membuat kita terjebak dalam waktu yang akan membuat kita malas dan terus malas melakukan sesuatu. Akhirnya, di sisa usia kita yang entah masih berapa, tiada yang lebih indah dari pada kita memberi arti kehidupan ini. Saatnya kita membuang rasa malas. Saatnya untuk bersegera melakukan amal sholih. Saatnya berjuang agar di hari akhir nanti kita tidak termasuk orang yang menyesal. Apakah waktu itu penting Alquran mengingatkan tentang waktu, sumpah Allah yang paling banyak terdapat dalam Alquran adalah dengan waktu. (Qs. Al Fajr:1-4, Asy Syams: 1-4, Al lail:1-2, Ad Duha: 1-2, Al Asr:1 ) Dari Muadz bin Jabal Ra. Berkata : Rasulullah Saw. bersabda :" Tidak akan tergelincir kedua kaki manusia kecuali setelah ditanya empat hal, tentang Umurnya bagaimana dia habiskan, masa mudanya untuk apa dia manfaatkan, hartanya dari mana dia dapatkan dan kemana dia dinfakkan, ilmunya apa yang dia perbuat dengannya?" Karakter Waktu 1. cepat berlalu (Qs. 79:46) 2. tak tergantikan 3. modal kehidupan akhirat 4. harta termahal 5. Nilainya berbeda-beda 6. Mengapa kita Mengatur Waktu • Menentukan prioritas kerja dalam kehidupan • Mencapai target dengan cepat, tepat dan baik. • Meningkatkan kapabilitas & profesionalisme • Mengefektifkan waktu-waktu luang • Meminimalisir pemborosan tenaga, dana & waktu. Strategi Manajemen Waktu 1. Planning/ perencanaan • Menentukan prioritas dan target • Cakupan tujuan (pribadi & sosial) • Ciri tujuan yang baik: jelas, dapat dievaluasi, realistis, optimis, punya jangka waktu. 2. Pelaksanaan • Perhatikan jadwal harian • Mulailah menuntaskan pekerjaan anda sekarang, jangan ditunda! • Selesaikan tugas pada waktunya. • Bersabar dalam mengatur waktu anda. 3. Evaluasi Harian, mingguan, bulanan, tahunan. Untuk Bahan Renungan Semoga Bermanfaat 1 hari = 24 jam 1 tahun = 12 bulan = 52 minggu = 365 hari = 8.760 jam = 525.600 menit = 3.153.600 detik Distribusi Normal Manusia Meninggal Dunia (Tahun) Rata-rata manusia meninggal dunia antara usia 60 tahun - 70 tahhn (mayoritas). Pukul rata manusia meninggal 65 tahun, beruntung yg diberikan umur panjang dan dimanfaatkan sisa umurnya. Baligh: Start untuk seseorang di perhitungkan amal baik atau buruknya selama hidup di dunia? . Laki-laki Baligh sekitar 15 tahun dan wanita Baligh sekitar 12 tahun . Usia Yang tersisa untuk kita beribadah kepada-Nya kita pukul rata dengan rumus: . MATI - BALIGH = Sisa Usia 65 Tahun – 15 Tahun = 50 Tahun . Lalu 50 Tahun Ini Digunakan Untuk Apa Saja ? 12 jam siang hari, 12 jam malam hari. 24 jam satu hari satu malam. . Mari kita telaah bersama. . Waktu Kita Tidur 8 Jam/Hari . Dalam 50 tahun waktu yang habis dipakai tidur 18.250 hari x 8 jam = 146.000 jam = 16 tahun 7 bulan. Di bulatkan jadi 17 tahun . Logikanya : Alangkah sayangnya waktu 17 tahun habis di gunakan untuk tidur, padahal kita akan tertidur dari dunia untuk selamanya? . Catatan: Yang lebih bermasalah lagi bagi mereka yang tumor alias tukang molor, bisa jadi 12 jam/hari = 25 tahun habis tertidur!!! Hati-hati dengan penyakit TUMOR! . Waktu Aktivitas Kita Di Siang Hari 12 Jam . Dalam 50 tahun waktu yang dipakai aktivitas: 18.250 hari x 12 jam= 219.000 jam = 25 tahun. Aktivitas di siang hari: Ada yang bekerja, ada yang belajar atau mengajar, ada yang sekolah atau kuliah, ada yang makan sambil jalan-jalan, ada pula yang gambling sambil maling dan masih banyak lagi aktivitas lainnya yang tak pernah bisa disamaratakan satu dengan yang lain. . Waktu Aktivitas Santai Atau Rilexsasi 4 Jam . Dalam 50 tahun waktu yang dipakai rileksasi 18.250 hari x 4 jam= 73.000 jam = 8 tahun . Realisasi rileksasi: biasanya nonton tv sambil minum kopi, ada pula yang belajar mati-matian/bikin contekan habis-habisan buat ujian, atau mungkin dihabiskan termenung di buai khayalan. . 17 Tahun + 25 Tahun + 8 Tahun = 50 Tahun. Tidur, Ngelembur, Nganggur. Kapan Ibadahnya? Padahal manusia diciptakan-Nya tiada lain dan tiada bukan untuk semua dan segalanya hanyalah beribadah kepada-Nya, karena satu hal yang pasti kita akan kembali ke alam hakiki Illahi. . Maut datang menjemput tak pernah bersahut, Malaikat datang menuntut untuk merenggut, Manusia tak kuasa untuk berbicara, Tuhan Maha Kuasa atas syurga dan Neraka. . Memang benar! sekolah itu ibadah, kalau niat sekolahnya untuk ibadah, lha wong kita mah sekolah mau nyari ijazah, bakal nanti bekerja agar mudah mencari nafkah. . Memang benar ! Bekerja cari nafkah itu ibadah, tapi bekerja yang bagaimana? Lha wong kita bekerja sikut sana sikut sini, banting tulang banting orang, tujuan utamanya cari uang buat beli barang-barang biar dipandang orang-orang. Jarang orang menolak untuk di puji dan di puja tatkala mereka berjaya. . Pernah kita membaca bismillah saat hendak berangkat sekolah tapi sayang hanya sekedar pernah. Pernah kita berniat mulia saat hendak mencari nafkah, tapi semuanya terlupa ketika melihat gemerlapnya dunia. . Lalu Kapan Ibadahnya? . Oh mungkin saat sholat yang 5 waktu itu dianggap cukup. Karena kita pikir sholat begitu besar pahalanya, sholat amalan yang dihisab paling pertama, sholat jalan untuk membuka pintu syurga. Kenapa kita harus cukup kalau ibadah kita hanyalah sholat kita! . Berapa Sholat Kita Dalam 50 Tahun? . 1 x sholat = 10 menit x 5 sholat = 1 jam . Dalam waktu 50 tahun waktu yang terpakai sholat = 18.250 hari x I jam = 18.250 jam = 2 tahun ini dengan asumsi semua sholat kita diterima oleh Allah swt. . Kesimpulan: waktu yang kita manfaatkan dalam 50 tahun di dunia cuma 2 tahun untuk sholat. 2 tahun dari 50 tahun kesempatan kita, itupun belum tentu sholat kita bermakna berpahala dan di terima. Dan sekiranya sholat kita selama 2 tahun berpahala rasa-rasanya tidak sebanding dengan perbuatan dosa-dosa kita selama 50 tahun, dalam ucap kata kita yang selalu dusta, baik yang terasa maupun yang di sengaja, dalam ucap kata kita yang selalu cerca terhadap orangtua, dalam harta kaya kita yang selalu kikir terhadap orang faqir, dalam setiap laku langkah kita yang selalu bergelimang dosa. . Logika dari logikanya: Bukan satu yang tidak mungkin kita umat di akhir jaman akan berhamburan di neraka untuk mendapatkan balasan kelalaian. Terlalu banyak waktu yang terbuang percuma selama manusia hidup di dunia dan semuanya itu akan menjadi bencana. . Solusi: Tiada kata terlambat walaupun waktu bergulir cepat, isilah dengan sesuatu apa yang bermanfaat. Jangan di tunda-tunda lagi? . Ingat malaikat maut akan datang kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Akhirat adalah tujuan kita yang terakhir! Apakah kita siap menyambut0 malaikat maut kapan saja dan diman

وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Jangan bertengkar, supaya jangan kamu gentar, dan kekuatanmu hilang. Bersabarlah. Sungguh, Allah Azza Wa Jalla bersama orang yang sabar." (QS. al-Anfal [8] : 46) Saya percara bahwa generasi Salaf yang shaleh dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagaimana di dalam kitab-Nya: "Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala di akhirat. Dan Allah cinta orang yang berbuat kebaikan." Sebabnya, lantara dua hal yang sangat azas (pokok). Yaitu, pertama, kokohnya keimanan mereka kepada Allah dengan segela konsekuensinya. Selalu mengharapkan pertolongan Allah, dan selalu merasa memperoleh kekuatan dari-Nya, karena keimanan tadi. وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٨﴾ "Dan kekuatan itu hanya bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang Mukmin". (QS. al-Munafiqun [63] : 8) Para Salafush shalih, kondisi mereka ketika sedang berbicara, ketika sedang beramal, ketika sedang berjihad, ketika sedang berpergian, dan ketika sedang berada di daerahnya sendiri, mereka merasa berada, mereka merasa selalu dilihat dan diawasi oleh Allah, merasa selalu dijaga dan diberi pertolongan serta dipelihara. وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِن قُرْآنٍ وَلاَ تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلاَّ كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَن رَّبِّكَ مِن مِّثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاء وَلاَ أَصْغَرَ مِن ذَلِكَ وَلا أَكْبَرَ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ ﴿٦١﴾ "Apa pun urusanmu dan bagian apapun yang kamu bacakan dari al-Qur'an, setiap kamu melakukan pekerjaan, tentulah kamu melakukannya, dan tiada tersembunyi dari Tuhanmu. Seberat dzarrah pun di bumi dan di langit, setiap apa yang lebih kecil, dan setiap yang lebih besar daripadanya, tentulah ada dalam kitab yang terang."(QS. Yunus [10] : 61) Kedua, kokohnya bangunan persaudaraan mereka. Kuatnya hubungan jamaah mereka yang bertumpu pada kesucian hati, kebersihan jiwa, rasa persaudaraan dan cinta kasih yang tulus karena Allah. Semuanya itu menimbulkan sifat mau mengalah antara yang satu denganyang lain. Yakni, lebih mengutamakan kepentingan saudara seiman daripada kepentingan pribadinya. Firman-Nya: وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٩﴾ "Tapi para Anshar yang mempunyai rumah (di Madinah) dan telah beriman sebelum (kedatangan Muhajirin, mencintai orang yang hijrah ke tempat mereka, dan tiada menaruh keinginan dalam hatinya akan apa yang diberikan kepada Muhajirin. Mereka mengutamakan para pengungsi daripada dirinya sendiri. Sekalipun mereka dalam kemiskinan. Dan barangsiapa terpelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah yang beroleh keuntungan." (QS. al-Hasyr [59] : 9) Demikianlah, jalinan persaudaraan mereka, sehingga ada di antaranya yang lebih mengutamakan saudaranya seiman daripada dengan hartanya, tenaganya, dan dengan apapun yang dimilikinya. Disebutkan oleh al-Qurtubi bahwa orang-orang Muhajirin yang pada waktu itu belum mempunyai tempat tinggal di Madinah,mereka tinggal di rumah kaum Anshar. Ketika Rasulullah shallahu alaihi wassalam memperoleh rampasan dari kaum Yahudi Bani Nadhir, beliau memanggil orang-orang Anshar untuk menyampaikan rasa terima kasih. Pernyataan itu disampaikan mengingat jasa baik mereka yang telah menyediakan rumah untuk tempa tinggal kaum Muhajirin berikut segala keperluan hidupnya. Kemudian beliau bersabda, "Kalau kalian mau, harta rampasan yang diberikan Allah kepadaku dari Bani Nadhir ini akan kubagi untuk kalian dan untuk kaum Muhajirin.Dengan catatan, kalian biarkan mereka mendiami rumah kalian, atau kuberikan semua harta rampasan ini kepada mereka dengan catatan mereka harus keluar dari rumah kalian". Lalu, Sa'ad bin Ubadah dan Sa'ad bin Mu'adz menjawab, "Kami berikan seluruh harta itu kepada kaum Muhajirin, dan kami biarkan mereka tinggal di rumah-rumah kami, sebagaimana semula". Kemudian, kaum Anshar yang lain menyahut pula, "Kami relakan dan kami terima ketetapan ini dengan senang hati, wahai Rasulullah". Lalu Rasulullah shallahu alaihi wassalam memanjatkan doa, "Ya Allah. Berikan rahmat kepada orang-orang Anshar dan anak-anak orang-orang Anshar". Selanjutnya, Rasulullahshallahu alaihi wassalam, memberikan harta rampasan kepada kaum Muhajirin, dan tidak diberikan sedikitpun kepada kaum Anshar, melainkan kepada tiga orang saja, yang pada waktu itu sangat membutuhkan, yaitu Abu Dujanah, Simak bin Kharasyah, Sahl bin Hunaif, dan al-Harist bin Shimah. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Tirmidzi dai Abu Hurairah ra bahwa seorang lelaki yang rumahnya dikunjungi seorang tamu yang hendak bermalam. Pada waktu itu si pemilik rumah hanya memiliki persediaan makanan untuk dirinya dan anak-anaknya saja. Lalu ia berkata kepada isterinya."Tidurlah anak-anak itu dan matikanlah lampunya. Sesudah itu berikanlah makanan itu kepada tamu kita. Kemudian turunlah ayat al-Qur'an: وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ "Mereka mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka dalam kemiskinan." (QS. al-Hasyr [59] : 9) Diriwiyatkan juga oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwa ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallahu alaihi wassalam, sambil mengatakan, "Aku kelaparan". Lalu Rasulullah mengirim utusan kepada salah seorang isteri beliau untuk menanyakan makanan. Kemudian Isteri Nabi Shallahu alaihi wassalam menjawab. "Demi Allah yang mengutus engkau, aku tidak mempunyai makanan apapun kecuali air," jawabnya. Kemudian beliau mengutus isterinya yang lain, tetapi mendapatkan jawaban seperti juga. Demikianlah, hingga akhirnya semua isteri beliau di tanyai, tetapi semunya menjawab, "Aku tidak memiliki makanan apapun selain air". kemudian beliau berkata, "Siapakah diantara kalian yang sanggup menjamin orang ini pada malam har ini?". Si isteri menjawab, "Tidak. Melainkan makanan untuk anak-anak kita saja". Dia berkata, "Sibukkanlah anak-anak itu dengan sesuatu, sehingga mereka lalai. Kemudian, apabila tamu kita nanti suda datang, matikanlah lampu dan tunjukkanlah kepadanya bahwa kita sudah siap hendak makan. Dan jika ia sudah mulai makan, kita pun pura-pura ikut makan". Setelah si tamu datang, ia dipersilakan makan dan mereka pura-pura menemaninya makan. Sehingga, si Tamu makan dengan tenang. Keesokan harinya lelaki Anshar itu datang kepda Rasulullah shallahu alaihi wassalam menceritakan apa yang dilakukannya bersama tamunya semalam. Lalu beliau bersabda, "Sungguh Allah kagum (sangat senang) terhadap perbuatan mu sekelurga malam tadi". Turunlah firman-Nya: مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا ﴿٢٩﴾ "Muhammad Rasul Allah, dan orang-orang bersama ia keras terhadap orang kafir, kasih sayang antara sesama mukmin. Kau lihat mereka rukuk dan sujud. Inginkan karunia Allah dan keridhaan-Nya. Di wajahnya tanda-tanda bekas mereka sujud. Inilah perumpamaan mereka dalam Injil, seperti benih yang mengeluarkan batang, lalu menjadi kuat karenanya, lebat dan tegak atas batangnya, menyukakan hati para penabur, tetapi menimbulkan amarah orang-orang yang ingkar kepada mereka. Allah telah janjikan kepada orang yang beriman dan melakukan amal kebaikan diantara mereka. Ampunan dan pahala berlimpahan." (QS. al-Fath [48] : 29) Sesungguhnya kalian selamanya tidak akan dikalahkan, karena sedikitnya jumlah kalian, atau karena lemahnya persiapan material kalian, atau karena banyaknya musuh kalian,atau karena bersatupadunya musuh yang hendak membinasakan kalian. Andaikata seluruh penduduk bumi berhimpun menjadi satu, tiadalah mereka akan memperoleh sesuatu dari kalian apa yang telah ditentukan oleh Allah. Tetapi, kalian akan dibinasakan, pertolongan akan dihapuskan bilamana hati kalian telah rusak, dan Allah tidak akan memberikan kebaikan kepada kalian bila keadaan kalian demikian. Atau kalian akan mendapat bencana serupa, bilamana kalimat kalian sudah bersilang sengketa, pikiran kalian tidak berpadu setuju. Adapun jika hati kalian bersatu, segala tujuan diarahkan kepda Allah, segala sesuatunya kalian lakukan karena semata-mata mentaati Allah dan demi mencari ridha-Nya, maka tak usahlah kalian bersedih hati. Kalian lebih tinggi, lebih unggul, dan Allah akan selalu menyertai kalian dan tidak akan menyia-nyiakan amal kalian. Adakah bahaya yang lebih mengerikan yang akan menimpa kita, selain daripada bahaya hati, kelemahan jiwa dan semangat, beragamnya hawa nafsu dan bersilangsengketanya pendapat dan pikiran. Tidak disangsikan lagi bahwa untuk mencapai semua itu, diperlukan perjuangan yang terus menerus dan berkesinambungan, yang pahit, lagi pula melelahkan. Dan ini semua takkan terwujud kecuali adanya persatuan yang sempurna, persaudaraan yang kokoh, persaudaraan antara hati masing-masing, terus berusaha berjalan diatas jalan kebenaran dan selalu mengarahkan semua amalnya untuk kebaikan. Wallahu'alam.

Bagaimana Menumbuhkan Rasa Percaya Diri pada Anak

Bagaimana Menumbuhkan Rasa Percaya Diri pada Anak Percaya diri adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Dia laksana reaktor yang membangkitkan segala energi yang ada pada diri untuk mencapai sukses. Jadi, bantulah anak kita untuk mengembangkan kekuatan ini. Berikut 7 ide dalam membangun rasa percaya diri pada anak: 1. Beri pujian untuk setiap pencapaian dan hasil pekerjaan yang baik. MULAI DARI SEKARANG, temukan sesuatu yang dapat kita puji dari anak-anak. Seperti… “Luar biasa, cepat sekali hafalnya.” “Tulisan tangannya bagus sekali.” “Hebat, pekerjaan rumahnya selalu selesai tepat waktu.” “Ingatanmu sangat tajam, seperti gajah! Hehe…” “Kamu pandai sekali mencari teman yang baik.” “Terima kasih atas bantuannya.” Perhatikan setiap hasil pekerjaan kecil dan besar yang baik, kemudian beri pujian atas hasil jerih payahnya tersebut. Hal inilah yang dinamakan ‘positive programming.’ Kita menanamkan program pada anak agar selalu dan selalu melakukan hal-hal yang baik—tanpa membantah dan mengeluh, serta…otomatis! Anak yang cukup mendapat kasih sayang akan merasa baik pada diri mereka sendiri, mengembangkan rasa percaya diri lebih tinggi, dan menerima lebih banyak sukses dalam kehidupannya. Tetapi, ingat pula JANGAN memberi pujian tanpa alasan. Karena boleh jadi anak menjadi gila pujian, padahal dia tidak habis melakukan apa-apa. 2. Ajari anak untuk belajar menerima TANGGUNG JAWAB. Ajari anak untuk membantu kita melakukan beberapa jenis pekerjaan rumah, sesuai dengan usianya, seperti: membersihkan kamarnya, menggantung pakaiannya dengan rapi, merapikan meja belajar, menyiram bunga, merapikan tempat tidurnya, dll. Untuk anak yang lebih tua, kita dapat memintanya membantu mencuci piring atau pakaian. Kebiasaan-kebiasaan seperti itu akan memberi anak rasa tanggungjawab, mengajari mereka mau menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya, serta akan menumbuhkan rasa percaya diri. 3. Mengajari anak selalu bersikap ramah dan senang membantu. Untuk itu, kita harus selalu ramah kepada siapa saja. Tersenyumlah kepada mereka. Tertawa bersama mereka, dan jadikan segala rutinitas harian menjadi menyenangkan. Ajari anak untuk mau membantu orang lain apabila mereka mampu—misal, membantu kawan sekelas atau kawan sepermainannya. Ajari anak agar mau berbagi dengan saudara-saudaranya. Sikap senang membantu ini akan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan dan meningkatkan rasa manfaat diri sendiri. 4. Ubah kesalahan menjadi “bahan baku” untuk kemajuan. Pada saat anak kita melakukan suatu kesalahan, tetap fokus pada kemajuan yang telah dicapainya—bukan pada kesalahan atau kegagalan yang terjadi. Misal, jika anak datang dengan nilai rapor yang buruk, adalah tindakan sia-sia jika kita serta merta memarahinya. Lebih bermanfaat apabila bersama-sama menelusuri mata pelajaran apa yang nilainya jelek, dan mana yang “lumayan”. Doronglah anak untuk mendalami mata pelajaran yang masih kurang dikuasai, sampai diperoleh kemajuan. 5. Jangan “menepuk air di dulang”. Banyak orang yang mengkritik atau mengeluhkan tentang anak-anak mereka kepada orang lain atau tetangga. Bahkan terkadang langsung di depan anak yang bersangkutan. “Si Ifan ini memang bandel! Saya sampai bosan mengajarinya!” atau “Angga ini nilai matematikanya selalu jeblok. Dasar otak pepaya!” Sebagai orang tua, kita harus berhati-hati pada setiap apa yang kita ungkapkan tentang anak kita kepada orang lain. Jika ingin mengungkapkan tentang anak kita kepada tetangga atau orang lain—ungkapkan yang baik-baik saja. Diskusikan kemajuan-kemajuan yang diperolehnya, khususnya jika pada saat itu anak sedang berada di dekat kita. Misal, jika anak datang dengan nilai rapor matematika yang jeblok, tetapi nilai Bahasa Inggrisnya bagus—bahas saja nilai Bahasa Inggris. “Ifan kuat di Bahasa Inggris. Nilainya bagus sekali!” Jika anak kita malas belajar, tetapi punya ingatan yang tajam—bicarakan saja tentang kelebihan mengingat yang dimilikinya. Atau, jika anak bangun kesiangan, tetapi kamarnya bersih dan rapi—bahas saja kerapian kamarnya dan kebiasaannya untuk selalu menjaga kebersihan dan kerapian. 6. Dukung apa yang menjadi minatnya. Dukung hobi dan mimpi-mimpi anak kita. Jika anak suka menggambar, doronglah dia untuk menggambar di waktu luangnya. Jika anak perempuan kita suka mengamati burung, beri hadiah sebuah binokular agar dia dapat lebih saksama mengamati burung. Tindakan-tindakan seperti itu, tidak hanya akan membangun rasa percaya diri, tetapi juga akan meningkatkan kadar kreativitas mereka. Dan…siapa tahu anak akan mencapai sukses besar dari hobi dan minatnya tersebut. 7. Hindari memanjakan anak. Coba untuk tidak bersikap overprotect terhadap anak-anak. Sikap seperti demikian hanya akan menjadikan anak lemah dan selalu bergantung pada orang tua. Orang tua harus mampu menumbuhkan rasa mandiri dan percaya diri anak-anaknya dengan cara yang bijak.

Senin, 29 Oktober 2012

Belajar Cara Mengajar dari Guru Jepang

Belajar Cara Mengajar dari Guru Jepang (bagian I) Seperti janji dipostingan sebelumnya, kali ini saya akan cerita tentang pengalaman saya observasi di sekolah-sekolah Jepang. Karena jurusan saya adalah seikatsu-ka (Living Environmental Studies), maka kelas-kelas yang saya observasi adalah mata pelajaran seikatsu-ka untuk anak-anak kelas satu dan dua SD. Sebelum masuk ke observasi-nya, saya tuliskan dulu tujuan dan target-target umum dari pelajaran ini, sesuai dengan garis-garis besar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Jepang. Supaya kebayang alurnya, dan mudah-mudahan bisa memberi ide kepada praktisi sekolah di Indonesia. Semoga terjemahan langsung saya bisa mudah dimengerti dan enggak terlalu njelimet^__^. Tujuan Seikatsu-ka: Dengan melalui kegiatan dan pengalaman langsung, anak-anak diajak untuk memiliki perasaan ingin tahu terhadap dirinya sendiri, orang lain, masyarakat dan alam. Sambil melakukan proses untuk membuat anak untuk berpikir tentang dirinya dan kehidupannya sehari-hari, mereka diajak untuk memiliki kebiasaan dan sikap yang dibutuhkan untuk menjalani hidup, dan menanamkan sikap mandiri. Empat target Penting seikatsu-ka: 1. Menyadari tentang hubungan antara dirinya dengan orang lain dan masyarakat. 2. Menyadari hubungan dirinya dengan alam. 3. Menyadari tentang dirinya sendiri. 4. Memiliki keinginan untuk beraktivitas, berpikir dan mengekspresikan diri (melalui lisan dan tulisan) Isi dari seikatsu-ka: 1. Memiliki perasaan ingin tahu terhadap lingkungan sekolah (bangunan dan fasilitas sekolah, teman, guru), bisa pergi dan pulang sekolah dengan aman. 2. Memikirkan tentang kehidupan di keluarga. Peran dirinya di rumah dan menjaga kesehatan diri. 3. Mengetahui lingkungan sekitarnya. 4. Memakai sarana umum dengan benar, tahu dan paham bagaimana menjaga fasilitas umum. 5. Memahami hubungan antara kehidupan dan perubahan musim. Mengamati lingkungan dan alam sekitarnya, membuat anak-anak sadar akan perubahan musim. 6. Memanfaatkan alam dan bermain dengan alam—Sangat berhubungan dengan Pendidikan Anak Usia Dini. 7. Memelihara hewan dan tumbuhan. 8. Bertukar cerita dengan orang lain, tentang kegiatan-kegiatan di masyarakat. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. 9. Bisa melihat (merefleksi) ke dalam dirinya sendiri. Tentang perubahan fisiknya yang semakin besar, kemampuan-kemampuan yang sudah di milikinya, peran-perannya yang semakin bertambah, dan apa yang diharapkannya di masa mendatang. Itulah semua inti dari seikatsu-ka. Sepeti biasa, supaya enggak kepanjangan, tulisan ini juga dibuat berseri. Di tulisan berikut insya Allah akan dipaparkan tentang ide-ide kreatif dari para guru SD jepang, dalam membuat program dan menjalankan proses belajar mengajar yang menyenangkan, untuk mencapai tujuan di atas. Belajar Cara Mengajar dari Guru Jepang (Bagian 2) Secara umum, dalam pelajaran seikatsu-ka ada beberapa tahap: 1. Tahap pertemuan. Dalam tahap ini, guru berusaha menumbuhkan motivasi anak-anak untuk mendalami tema yang akan diajarkan. Anak-anak diajak untuk memiliki harapan, apa yang ingin dicapai dalam pelajaran kali ini. 2. Tahap menggali informasi tentang tema yang dipelajari. Bisa lewat buku, internet, juga pengalaman langsung tentang tema yang akan dipelajari. Biasanya dilakukan dengan berkelompok. 3. Tahap ekspresi. Dalam tahap ini, anak-anak mempresentasikan apa yang ia dapat dari tahap ke dua. Melalui tulisan atau lisan (presentasi kelompok). Untuk seluruh tahap ini, bisa terpakai kurang lebih 23 jam pelajaran selama satu catur wulan. Dalam tulisan kali ini, saya akan bercerita tentang observasi di kelas 1, di sekolah binaan Aichi Univ of Education di daerah Nagoya. Di kelas satu, tema yang sedang dipelajari adalah tentang Eksplorasi Sekolah (Gakkou Tanken). Saya tidak terlalu yakin, saat observasi itu, mereka berada pada tahap ke dua atau ke tiga. Karena targetnya ternyata bukan cuma agar anak-anak mengetahui tentang seluk-beluk sekolahnya. Namun lebih dari itu, anak-anak di minta untuk menjelaskan dan menunjukkan kepada orang tuanya segala hal yang ia ketahui tentang sekolahnya. Hasil observasinya seperti ini. Kondisi kelas: Semua anak duduk di lantai, meja kursi disingkirkan. Mungkin karena akan banyak yang akan masuk kedalam kelas, termasuk observer dan para orang tua murid. Proses pelajaran: Guru mengajak anak-anak ngobrol sebelum pelajaran dimulai. Ini sepertinya dilakukan sebagai usaha untuk menghilangkan perasaan grogi anak-anak, karena banyak orang luar yang hadir di kelas. Saat itu, orang tua belum masuk ke dalam kelas. Sepertinya, kedatangan orang tua dirahasiakan oleh guru, untuk menimbulkan efek “exciting” kepada anak-anak. Guru memulai pelajaran dengan mengulas kembali tentang Eksplorasi Sekolah yang sudah dijalani sebelumnya. Anak-anak di tanya, tentang apa saja yang ada di sekolah. Ruangan-ruangan dan tentang guru-guru sekolah. Dengan semangat anak-anak, satu persatu, tunjuk tangan, dan mengungkapkan apa yang ia ketahui tentang sekolahnya. Anak-anak ditanya, setelah tahu tentang sekolah, maukah mereka bercerita tentang sekolah mereka kepada orang lain? Anak-anak menjawab dengan semangat, mau !!! Satelah itu, mulailah sang guru membuka kejutannya. Para orang tua dipanggil untuk masuk ke dalam kelas. Anak-anak terkejut, namun senang, melihat ibunya atau bapaknya, atau keduanya hadir di dalam kelas. Lalu anak-anak diminta untuk menyiapkan perlengkapan yang memang sudah ada sebelumnya. Sarung tangan, bendera kecil, topi. Ceritanya mereka akan menjadi guide, seperti para guide di Jepang, kalau mengantar wisatawan ke tempat-tempat wisata^__^. Tidak lupa pula stopwatch, untuk membatasi waktu anak-anak. Lupa mencatat, berapa menit ya..kalau tidak salah 40 menit. Setelah itu anak-anak bersama orang tuanya, berkeliling sekolah. Dengan semangat mereka bercerita tentang kelas-kelas, benda-benda yang ada di sekolahnya, taman, toilet, dan lain-lain. Sekolah di Jepang memang besar sekali. Rata-rata fasilitasnya lengkap, termasuk ada kolam renang untuk pelajaran olah raga di musim panas. Jadi, anak-anak kelas satu, berkeliling seharian pun, tidak akan cukup untuk menunjukkan seluruh sudut sekolah kepada orang tuanya. Setelah 40 menit, semua anak dan orang tua berkumpul lagi di dalam kelas. Lalu guru bertanya apa pendapat anak-anak tentang pengalaman mengantar orang tua keliling sekolah hari itu. Satu persatu anak-anak mengungkapkan perasaan atau apa yang dipikirkannya. Secara umum menjawab, senang bisa bercerita tentang sekolah mereka kepada orang tuanya, atau ternyata saya bisa menjelaskan tentang sekolah saya dengan baik. Banyak juga yang hanya mengungkapkan perasaan, senang, grogi, bahagia. Semua perasaan anak-anak itu ditulis oleh bapak guru di papan tulis. Terakhir, guru bertanya apa yang dipikirkan oleh orang tua tentang kegiatan ini. Ada beberapa orang yang menjawab, rata-rata memuji anak, dengan mengungkapkan, ternyata anak saya bisa menjadi guide yang baik. Sepuluh menit sebelum waktu belajar habis, anak-anak diminta untuk menuliskan apa yang dipikirkannya dikertas catatan hari itu, yang dibagikan oleh guru. Setelah itu pelajaran selesai.

Jumat, 19 Oktober 2012

Diet Traffic Light Atasi Obesitas

https://www.sahabatnestle.co.id/Page/arsip/artikel/diet-traffic-light-atasi-obesitas Diet Traffic Light Atasi Obesitas Ditulis oleh Dr. Endang Tatar, MPH, SpA(K) Jika kita mentargetkan penurunan berat badan, maka penurunan badan ditargetkan sampai mencapai 10 persen di atas berat badan ideal. Tetapi, bila kita tidak mentargetkan penurunan berat badan, maka yang terpenting adalah mempertahankan berat badan agar tidak bertambah karena anak masih bertambah tinggi. Diet dengan kalori sangat rendah Pemberian diet sangat rendah kalori dilakukan jika berat badannya lebih dari140 persen BB ideal (super-obes). Diet ini juga diterapkan pada anak dan remaja yang obesitas dan disertai penyakit penyerta serta tidak memberikan respons terhadap anjuran diet rendah kalori. Latihan Fisik Latihan fisik dimaksudkan untuk mengurangi gaya hidup santai dan meningkatkan penggunaan energi untuk mengeluarkan kalori. Latihan fisik juga akan meningkatkan masa otot, dan membantu mengkontrol berat badan. Untuk membantu menurunkan berat badan, perlu dikombinasikan latihan fisik dan diet. Latihan fisik yang teratur, selama 30-60 menit per hari, dan pengaturan diet dapat menurunkan berat badan, serta meningkatkan gaya hidup sehat dan rasa harga diri. Beberapa program yang digunakan untuk latihan fisik adalah dengan menggunakan cara berjalan sepanjang 1 mil sebagai standar awal, kemudian secara bertahap jarak dan kecepatannya ditingkatkan. Konsep lain dengan latihan mengubah gaya hidup, yaitu berusaha membuat lebih banyak aktifitas fisik dengan aktifitas reguler, seperti berjalan naik turun tangga dan memarkir mobil jauh dari tujuan. Cara ini lebih mudah dan bertahan dalam waktu yang lama, serta dapat dimodifikasi berdasarkan umur dan kemampuan perkembangan anak. Perubahan Perilaku Intervensi perilaku merupakan komponen yang paling penting dalam penanganan obesitas. Program perubahan perilaku bukan merupakan program yang mudah untuk dite-rapkan; dalam penerapannya sangat diperlukan keterlibatan orangtua secara intensif. Program perilaku mempunyai 3 komponen, yaitu: kontrol lingkungan monitoring diri sendiri membuat perjanjian yang realistik. Perubahan lingkungan rumah dapat dilakukan dengan: Meniadakan makanan resiko tinggi, Belanja dan memasak makanan disesuaikan dengan resep diet yang disarankan. Anak diberitahu untuk merubah perilakunya, seperti mengurangi ngemil di depan televisi/game, mengurangi waktu untuk menonton televisi/memainkan game, mengurangi jajan di sekolah, dsb. Menonton TV/game sebaiknya <2 jam perhari, Membiasakan anak untuk tidak minum manis (larutan gula dalam minuman), membiasakan anak melakukan aktifitas fisik merupakan contoh target perilaku yang realistik yang dapat diterapkan oleh anak dengan obesitas dan keluarganya. Tujuan penanganan perubahan perilaku harus realistik dan dapat dicapai. Obesitas pada anak merupakan awal dari obesitas pada dewasa dengan segala dampak buruknya. Prevalensinya cenderung meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup. Obesitas merupakan penyakit kronis yang terjadi karena balans energi positif dalam jangka waktu yang lama. Penanganan obesitas harus dilakukan sejak dini, dan dilakukan secara komprehensif. Penanganan kasus obesitas pada anak dengan cara modifikasi diet, aktifitas fisik dan perubahan perilaku harus dilakukan secara simultan. Pemberian modifikasi diet pada penangananan anak dan remaja dengan obesitas adalah dengan menerapkan gizi seimbang untuk pencapaian tumbuh kembang. Dalam menangani anak dengan obe-sitas diperlukan keterlibatan keluarga secara aktif. referensi: Goldin B.R. Health benefits of probiotics. Br. J Nutr 1998;80:203-7. Gorbach S.L. Pribiotics and gastrointestinal health. Am J Gastroenterol 2000;95: 1-4. (PT Nestlé Indonesia bekerja sama dengan Anakku) Hanya dengan mengeliminasi makanan kecil, mengurangi makanan tinggi gula/lemak atau minuman-minuman manis, berat badan pun dapat turun. Asosiasi Jantung Amerika (American Heart Association) secara umum merekomendasikan pemberian diet untuk anak berumur 2 tahun atau lebih yang memiliki kelebihan berat badan untuk mengkonsumsi makanan bersandar pada makanan jenis buah-buahan, sayuran, biji-bijian, susu rendah dan bebas lemak, kedelai, ikan, dan sedikit daging. Pemberian ikan segar pada anak dan remaja direkomendasikan untuk diberikan sebanyak seminggu 2 kali pemberian. Cara mengatur makanan terutama bagi yang berat badanya lebih yaitu dengan cara diet traffic light, makanan dibagi dalam kelompok seperti warna traffic light. ”Makanan hijau” Yaitu makanan yang dapat dimakan dalam jumlah cukup banyak, sebagai contoh makanan non fat/low fat adalah: ikan, sebagian besar buah-buahan dan sayur-sayuran dan susu rendah/bebas lemak. ”Makanan kuning” Makanan yang boleh dimakan dengan hati-hati (makanan rendah lemak sampai medium, seperti: roti/pasta dari padi-padian, taoge, gandum, ubi rambat). Makanan dalam kategori ”kuning” sebaiknya dikonsumsi secara terbatas yaitu hanya dalam waktu makan. ”Makanan merah” Makanan yang tidak boleh dimakan atau boleh dimakan hanya seminggu sekali, meliputi: makanan tinggi lemak, kacang-kacangan, margarin, cokelat, kembang gula, makanan digoreng, salami. Diet untuk menurunkan berat badan dengan cara mengurangi konsumsi makanan dalam kelompok ”makanan merah” menunjukkan keberhasilan bila dikombinasikan dengan komponen perubahan perilaku dan aktifitas fisik. Diet tersebut sama dengan diet rendah lemak jenuh, gula dan garam, serta makan banyak sayuran dan buah. Diet tinggi serat dapat membantu menurunkan berat badan karena tinggi serat mengakibatkan rasa kenyang (walaupun rendah kalori) sehingga dapat menurunkan asupan makan, selain itu tinggi serat juga meningkatkan oksidasi lemak. Tetapi, diet tinggi serat pada anak perlu hati-hati karena diet tinggi serat juga akan mengurangi penyerapan mineral yang penting untuk proses tumbuh kembang anak . Pemberian jumlah makanan berserat yang dianjurkan untuk anak di atas 2 tahun adalah (umur dalam tahun+5) gram per hari. Misalnya anak berusia 4 tahun, maka kebutuhan akan serat adalah 5 + 4 = 9 gram setiap harinya. Dalam melakukan pengaturan diet, perlu juga diperhatikan asupan dengan kandungan garam cukup, serta masukan zat besi, kalsium dan fluor. Anak harus makan makanan seimbang yaitu dengan sumber karbohidrat, lemak dan protein yang cukup. Karbohidrat sebaiknya berkisar 50-60 persen, lemak 20-30 persen, dan protein 15-20 persen agar cukup untuk tumbuh kembang optimal. Jumlah kalori yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan normal yaitu sesuai dengan berat badan ideal menurut tinggi badannya. Bila pada awal penanganan didapatkan bahwa anak telah mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang berlebihan, maka pada diet berikutnya perlu dilakukan pengurangan jumlah asupan kalorinya, yaitu berkisar 200-500 kalori sehari, agar berat badan tidak selalu bertambah, atau dengan target penurunan berat 0,5 kg per minggu. (PT Nestlé Indonesia bekerja sama dengan Anakku)

Senin, 26 Maret 2012

Mengenal Masalah pada anak

Bandel, Nakal, Baong, Anak bermasalah? Label yang sangat mudah kita berikan pada anak kita. Tapi, Sebenarnya apa yang dimaksud dengan anak bermasalah? Bukankah semua orang mempunyai masalah? label negatif inilah yang membuat kita sering bertindak berlebihan dalam menyelesaikan masalah pada anak. Karena bisa jadi masalahnya sederhana. Maka dalam tulisan ini, kita akan mengenal apa itu masalah pada anak dan bagaimana mendeteksinya. Sebelumnya, ada beberapa hal yang harus kita pahami dahulu. Yang pertama, kita harus paham apa yang disebut dengan “Masalah”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, masalah adalah sesuatu yg harus diselesaikan (dipecahkan). Definisi yang belum menjelaskan apa itu “masalah”. Baik, dengan mudah kita bisa mengatakan “Masalah” adalah sebuah kondisi dimana kenyataan (realita) tidak sesuai dengan idealita. Kesenjangan inilah yang disebut masalah. Kemudian, agar kita bisa mengidentifikasi masalah tersebut adalah benar-benar “masalah” maka kita harus mempunyai tolok ukurnya. Apa yang menjadi tolok ukur kita untuk mengatakan bahwa sesuatu itu ideal? Dalam mengenal masalah pada anak, Ada dua hal yang bisa kita jadikan patokan, yaitu tugas/tahapan perkembangan dan nilai-nilai (value) atau norma yang berlaku. Tugas perkembangan adalah kemampuan yang harus dimiliki seseorang sesuai dengan usia perkembangannya. Misal tugas perkembangan dalam aspek bahasa untuk anak usia 6 tahun adalah mampu menceritakan alur cerita. Jika ia tidak bisa, atau belum bisa maka itu bisa dikategorikan masalah. Sedangkan nilai adalah sesuatu yang dianggap penting oleh pribadi maupun masyarakat. Nilai ini bisa berbentuk nilai hukum, nilai agama, nilai moral dll. Ketika mengenali anak bermasalah, kita berpatokan pada dua patokan tersebut. Bukan dengan membandingkan dengan anak lain atau berdasarkan persepsi pribadi kita. Mengenal Masalah pada anak Kedua, kita harus paham bahwa seorang anak adalah pribadi yang unik. Maka, ketika kita mendeteksi masalah pada anak, kita tidak membandingkannya dengan anak lain, namun dengan kedua patokan diatas. Ketiga, pendidikan pada dasarnya disesuaikan dengan individu anak. Tugas orang tua dan pendidik untuk mendidik sesuai dengan potensi masing-masing anak. Tidak menyamaratakan anak dalam proses pendidikan. Keempat, kontekstual. Orang tua dan pendidik, harus memandang masalah anak sesuai dengan konteks-nya, tidak menggeneralisasinya. Misalnya seorang anak mempunyai masalah dengan pelajaran matematika, maka selesaikan masalah pelajaran matematikanya. Tidak menggeneralisasi iia juga bermasalah dengan pelajaran lain atau ia juga anak yang bermasalah dengan perilaku. Cara pandang yang kontekstual Ini, selain mempermudah kita menyelesaikan sebuah masalah juga mencegah kita untuk memberikan label negatif pada anak. Kelima, menerima. Orang tua maupun pendidik harus "menerima" dahulu bahwa ada hal yang tidak sesuai dengan kondisi ideal di anak kita. Termasuk menerima jika ternyata akar masalahnya ada di diri kita sebagai orang tua atau pendidik. Jika sudah memahami hal-hal diatas, maka kita akan lebih mudah dalam mendeteksi dan menangani sebuah masalah yang terjadi pada anak. Masalah yang “terlihat” atau yang tampak di permukaan, biasanya bukanlah akar masalahnya atau bukan masalah yang sebenarnya. Masalah yang tampak adalah akibat dari sebuah akar masalah. Untuk mengetahui apa yang menjadi akar masalah maka kita harus menggali lebih dalam lagi. Kesalahan melihat masalah ini akan membuat kita tidak tuntas dalam menyelesaikan sebuah masalah, Sehingga masalah itu akan muncul kembali di masa yang akan datang. Kenapa? Karena akar masalahnya belum diselesaikan dengan tuntas. Misalkan seorang anak kecil yang merokok. Kita bisa menyelesaikan dengan terapi berhenti merokok atau membuat peraturan dilarang merokok, namun tidak lama kemudian ia merokok kembali. Ternyata akar masalahnya belum selesai, yaitu lingkungannya yang perokok berat. Ketika rokok dengan mudah didapat dan ada dorongan dari lingkungan, maka ia pun ikut merokok lagi. Namun jika lingkungannya juga diintervensi, maka masalah ini akan bisa diselesaikan dengan tuntas. Lalu, Bagaimana cara mencari akar masalahnya? Ilmu Neuro Linguistic programming (NLP) mempunyai “tool” yang akan mempermudah kita mencari akar dari sebuah masalah. Praktisi NLP menggunakan neurological level untuk mencari dimana letak sebuah masalah, dan kemudian melakukan intervensi yang tepat sesuai dengan letak masalahnya. Neurological level adalah sebuah teknik yang untuk menjelaskan secara sistematis bagaimana sebuah perubahan dapat mempengaruhi seseorang. Neurological level ini bisa dibagi menjadi 6 tingkatan yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu: 1. Spiritual. Merupakan level tertinggi yang menaungi semua level. Ini adalah level dimana seseorang menanyakan makna keberadaannya di dunia serta berbagai peran yang ingn ia jalani. Karena menjadi tempat bernaung, level ini memiliki pengaruh yang besar bagi keseluruhan sistem kehidupan seseorang. 2. Identitas (identity). Tingkatan yang banyak berbicara tentang identitas diri, misi hidup, nilai-nilai inti dalam hidup dll 3. Nilai&kepercayaan (value&belief). Rangkaian dari berbagai macam hal yang kita yakini kebenarannya dan menjadi landasan dari perilaku kita sehari-hari. 4. Kemampuan (capability). Sekumpulan ketrampilan, keahlian, dan strategi yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. 5. Perilaku (behavior). Perilaku spesifik yang kita lakukan 6. Lingkungan (environment). Reaksi kita terhadap lingkungan tempat kita hidup. Ketika kita mengetahui, di level mana akar masalahnya maka kita akan lebih mudah untuk mengintervensi dan menyelesaikan masalahnya. Misalnya jika anak kita nilai matematikanya jelek. Kita bisa tahu masalahnya ada di level mana, ketika kita menggali masalahnya dan menemukan : • Rumahnya terlalu berisik, ia tidak dapat belajar dengan baik. Atau sekolahnya tidak mengajarkan matematika dengan baik. Maka kita tahu masalahnya ada di level lingkungan. Perbaikan yang bisa kita lakukan ialah memperbaiki lingkungannya atau memindahkannya ke lingkungan baru yang lebih baik. • Ia jarang belajar matematika di rumah maupun di sekolah. Maka kita tahu jika masalahnya ialah di level perilaku (behavior). Maka yang kita lakukan ialah mengintervensi perilakunya, misal dengan membuat jadwal belajar yang lebih rutin. • Ia tidak bisa perkalian, maka kita tahu masalahnya ada di level kemampuan. Maka yang bisa kita lakukan mengajari perkalian dengan metode yang tepat. Untuk anak, kita cek lagi apakah tugas/beban yang diberikan padanya sudah sesuai dengan tugas perkembangannya serta minat dan bakatnya. Misalnya jika soal perkalian diberikan pada anak usia 6 tahun. Maka masalah bukan terjadi pada anak, namun pada orang tua/pendidik yang tidak memahami tugas perkembangan. Atau ternyata setelah dilakukan observasi kecerdasan majemuknya, ia menonjol dalam bidang linguistik, sedangkan logika-matematikanya lemah. Maka yang kita lakukan adalah mengasah potensi terkuatnya, yaitu linguistik. Matematikanya? Tetap diintervensi namun tidak menjadi prioritas, yang penting ia dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. • Jika ia merasa matematika itu susah. Berarti masalahnya ada di level kepercayaan (belief). Yang bisa kita lakukan ialah mengubah kepercayaannya agar percaya bahwa matematika itu mudah. • Jika ia merasa ia adalah anak yang bodoh dalam matematika, maka kita tahu masalahnya ada di level identitas. Tugas kita ialah mengganti identitasnya menjadi positif. Dari paparan diatas, semoga bisa mengubah cara pandang kita tehadap masalah-masalah yang terjadi pada anak. Sehingga kita akan lebih mudah dalam mendeteksi dan kemudian menyelesaikannya. Untuk senyum anak Indonesia:) @K_IDZma story teller-Coach-Trainer-Family Hypnotherapist www.kidzsmile.info neurological level