Sabtu, 05 Maret 2011

Hati-hatilah dengan Kebiasaan Menulis

Hati-hatilah dengan Kebiasaan Menulis



oleh Rizal Falih



”James Pennebaker, Ph.D. dan Janet Seager, Ph. D dalam Jurnal Clinical Psychology menulis bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara fisik.”



Menulis adalah pekerjaan yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk di lakukan, apalagi untuk orang yang tidak biasa menulis seperti saya. Banyak orang yang ketika diajak untuk menulis berkata “Ah saya tidak punya bakat menulis”, “Menulis itu sulit banget, susah cari ide untuk membuat tulisan”, “Saya terlalu sibuk, sehingga tidak ada waktu buat saya menulis”, bahkan ada yang ekstrim dengan mengatakan “Ah menulis itu hanya membuang-buang waktu saja”.



Menulis benar-benar menjadi pekerjaan yang menyebalkan untuk orang yang belum mengerti maanfaat yang dapat diambil dari kegiatan yang sepertinya remeh temeh ini. Lantas apakah benar ada manfaat yang bisa di petik dari kegiatan tulis menulis.



Ketika akan membuat sebuah tulisan ada tiga tahapan utama yang akan dilalui yaitu tahap persiapan, tahap penulisan itu sendiri dan tahap koreksi. Dari tahapan-tahapan ini saja kita sudah bisa memperoleh maanfaatnya, tidak percaya? ayo kita buktikan.



Langkah pertama dalam menulis adalah menentukan maksud dan tujuan dari tulisan yang akan kita buat, apakah membuat suatu reportase dari sebuah peristiwa, membuat cerita hiburan, berbagi pengetahuan, dan lain sebagainya. Tujuan inilah yang nantinya dijadikan sebagai acuan untuk mengumpulkan data, dan bahan-bahan penunjang yang lain yang digunakan untuk mengembangkan tulisan yang dibuat, dengan memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan ide dan gagasan yang akan kita buat tersebut.



Tujuan inilah yang akan membantu seorang penulis untuk lebih fokus dalam upaya mencapai tujuan yang di inginkan dan terarah dalam mengembangkan topik yang akan ditulisnya. Dan jika kebiasaan ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka seorang penulis akan memiliki tujuan hidup yang lebih jelas dan fokus dalam mencapainya.



Setelah menetukan tujuan yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data dan informasi untuk membangun tulisan tersebut. Untuk itu penulis perlu menggali informasi dari berbagai sumber, misalnya dari tulisan-tulisan orang lain, wawancara langung dengan narasumber, penelusuran langsung ke lapangan, ataupun informasi lain yang berhubungan dengan tulisan. Dari tahapan ini penulis di pacu untuk belajar menyerap segala informasi yang telah berhasil dikumpulkan, sehingga tahap persiapan ini bisa di jadikan sebagai sarana belajar bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan.



Setelah informasi dapat dikumpulkan, penulis dapat menyusun kerangka dasar penulisan. Karenanya diperlukan kemampuan untuk berpikir sistematis agar informasi yang ingin disampaikan sampai kepada pembacanya. Jika kebiasaan ini dilakukan secara terus menerus maka seorang penulis akan terbiasa untuk berpikir secara sistematis, dan dapat diterapkan dalam bidang lain, seperti dalam membuat suatu perencanaan, menyusun laporan dan aspek hidup yang lain. Kebiasaan ini bisa menjadi modal penting untuk meraih kesuksesan di segala bidang yang ditekuni.



Setelah kerangka dasar tulisan tersusun, selanjutnya seorang penulis dapat mengembangkan tulisannya. pada proses ini, penulis di pacu untuk mencari kata-kata yang tepat, dan menyusunnya menjadi kalimat yang benar, membuat konsep, menuangkan ide dan gagasan dan membuatnya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan erat serta sejalan sehingga tulisan mudah dipahami oleh si pembaca. Untuk melakukan semuanya itu, penulis dituntut untuk mengaktifkan kemampuan intelektual untuk menjelaskan ide dan gagasannya, dan kemampuan berpikir kritis untuk mendukung ide dan gagasannya itu dengan data dan contoh yang sesuai.



Langkah terakhir dalam menulis adalah penyutingan, revisi dan mengkoreksi untuk menyempurnakan tulisan yang telah dibuat. Untuk tahapan ini, seorang penulis perlu memeriksa kembali tulisannya secara kritis dan objektif. Melihat kembali apakah ada kesalahan kalimat, pemilihan contoh yang sesuai, dan apakah informasi yang akan disampaikan sudah cukup jelas.



Dalam tahapan ini seorang penulis memerlukan objektifitas dalam mengevaluasi kesalahan, keberanian untuk mengakui kesalahan dan upaya untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Hal ini tentu juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa keberanian untuk melakukan evaluasi diri secara objektif, keberanian mengakui kesalahan maka tidak akan adaya upaya untuk melakukan perbaikan dalam rangka mencapai kesuksesan.





(Sumber: edukasi.kompasiana.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar