Rabu, 27 April 2011

Cara Kerja Virus, Bakteri, Cacing, dan Jamur

Hai Dewi Telaphia
Dari bermacam penyakit yang diderita seseorang, virus, bakteri, cacing, dan jamur adalah 4 sumber penyakit yang paling sering menyerang. Lalu, mengapa dan bagaimana keempat mikroorganisme tersebut dengan mudah menyerang tubuh kita?

Virus
Parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis ini tidak mampu bereproduksi sendiri, sehingga 'menginvasi' dan memanfaatkan sel-sel tubuh kita untuk bereproduksi.

Inilah sebabnya antibiotik dibutuhkan untuk menangkis virus bereproduksi, sebelum bersama imun tubuh mematikan sel-sel virus satu demi satu. Jika tubuh Anda demam saat terserang influenza, campak, herpes, rabies, ebola, ataupun polio, ini menjadi pertanda umum bahwa tubuh sedang berperang membunuh virus yang berhasil mendompleng beberapa sel dalam tubuh.

Bakteri
Bakteri atau kuman penyakit, punya kelebihan berbeda dari virus. Bakteri dapat bereproduksi dengan menduplikasi dirinya kurang dari 20 detik, dan terus bertambah jumlahnya saat memasuki tubuh manusia. Namun masuknya bakteri ke dalam tubuh tidak semudah virus yang dapat menyebar melalui seluruh indera manusia. Inilah sebabnya sabun antiseptik ataupun sabun cuci lain diberi kandungan antibakteri, sehingga mikroorganisme tersebut dapat dilumpuhkan sebelum menyusup ke dalam tubuh.

Cacing
Cacing yang umumnya masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang dikonsumsi, menjadi sangat berbahaya manakala berhasil tinggal di saluran usus, hati, kulit, paru-paru, maupun otak. Selain menyerap karbohidrat, protein, zat besi, maupun nutrisi lain dari tubuh seseorang, keberadaan cacing tentu lebih beresiko bagi anak-anak dalam usia pertumbuhan.

Jamur
Jamur atau mikosis umumnya menyerang bagian luar tubuh seperti kulit, kuku, dan rambut. Sedang mikosis lain dapat menyerang organ dalam tubuh seperti paru-paru, usus, ginjal, vagina, mulut, hingga jantung. Oleh karena serangan jamur seperti ini tidak kasat mata, penderita hanya dapat dikatakan menderita serangan jamur setelah divonis dokter.

Kemudian jika umumnya jamur tidak menular, ada pula jamur yang menular (candida) yang dapat menyebabkan keputihan, sariawan, tumbuh di bawah lipatan payudara, kulit selangkangan, saluran pencernaan, paru-paru, dll.

Nah, semoga gambaran cara kerja sumber-sumber penyakit ini dapat berguna bagi Anda untuk memberikan treatment yang tepat sesuai gejala penyakit yang menimpa seseorang.


Salam hangat,

Melinda Care

Senin, 25 April 2011

Mimisan Pada Anak

Hasil copas dari :Sahabat Ibu


Epistaksis atau yang lebih dikenal dengan sebutan mimisan acapkali terjadi pada buah hati kita. Sebagai orang tua, merasa panik itu wajar. Bayangkan, siapa yang tak panik, sedang asyik berkumpul bersama keluarga mendadak darah segar mengalir dari hidung sang buah hati.

Pemandangan ini tentu terlihat menyeramkan, belum lagi mimisan seringkali dicap sebagai gejala penyakit-penyakit yang berbahaya.

Benarkah bahwa mimisan pada anak berbahaya?
Bagaimana menanggulanginya?

Apa sebenarnya mimisan itu?
Dikutip dari berita kesehatan Pharos Indonesia, Epistaksis atau mimisan sendiri sebenarnya adalah perdarahan yang keluar dari rongga hidung, nasofaring (bagian hulu kerongkongan yang berhubungan dengan hidung).

Pada anak, mimisan sering terjadi pada rentang usia 2 - 10 tahun, kendati untuk penyebab tertentu, anak di usia 10 tahun pun masih mengalaminya.

Mengapa mimisan sering terjadi pada anak ?
Selaput lendir dan pembuluh darah di dalam hidung anak masih tipis dan sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar. Akibatnya, pembuluh darah dalam hidung melebar kemudian pecah hingga terjadilah mimisan.

Penyebab terjadinya mimisan pada anak antara lain :
Penyebab yang paling sering terjadi pada anak adalah trauma lokal seperti kebiasaan anak mengorek hidung,terbentur benda keras atau apabila hidung anak tertusuk benda tajam sehingga memicu terjadinya mimisan.

Suhu udara yang terlampau dingin juga bisa menyebabkan mimisan. Suhu AC yang terlalu rendah dari yang bisa diadaptasi tubuh dan udara kering yang terjadi karena suhu terlampau dingin rentan menyebabkan selaput lendir pecah.
Belum lagi bila terjadi perubahan suhu yang ekstrim, misalnya, sehabis bermain-main di bawah terik matahari, anak langsung masuk ke dalam ruangan ber-AC. Mimisan dapat terjadi karena tubuh belum tentu bisa segera beradaptasi dengan perubahan suhu tersebut.

Iritasi saluran gas yang merangsang dan infeksi saluran pernapasan diketahui juga acapkali menimbulkan mimisan pada anak. Pilek yang menyebabkan anak sering bersin dan berkali-kali mengeluarkan lendir dari hidung dengan sapu tangan atau tissue dapat menimbulkan pergesekkan dalam hidung dan mengenai pembuluh darah.

Mengkonsumsi obat-obatan jenis tertentu juga bisa menjadi pemicu mimisan. Obat-obatan yang biasanya dapat menyebabkan mimisan pada anak antara lain: obat batuk sirup yang mengandung alkohol, obat penurun panas yang mengandung acetyl salicylic acid (asam asetil salisilat/aspirin) dan obat-obatan lain yang memiliki aroma dan rasa yang terlampau tajam.

Sebelumnya disebutkan bahwa pada kasus tertentu anak di usia 10 tahun masih mengalami mimisan. Faktor keturunan dapat dikatakan merupakan salah satunya. Beberapa anak terlahir dengan pembuluh darah hidung yang lebih tipis sehingga sering mengalami mimisan.

Ada pula kasus lain yaitu kelainan tulang hidung pada anak (struktur tulang agak bengkok mendekati pembuluh darah). Pada saat anak dengan kelainan tulang hidung menggosok hidung, tulang sering bergesekkan dengan pembuluh darah hingga pecah dan terjadi mimisan. Kelainan tulang hidung ini terjadi sejak lahir atau karena trauma (pernah patah).

Kendati di atas disebutkan umumnya mimisan terjadi pada rentang usia 2 - 10 tahun, bayi di bawah 2 tahun juga bisa mengalami mimisan. Usai minum susu terkadang bayi muntah atau gumoh. Muntahan tersebut juga berisikan asam lambung yang jika terdorong ke atas dan keluar lewat hidung dapat menimbulkan iritasi pada rongga hidung dan terjadilah mimisan.

Bagaimana menanggulanginya ?
Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mendudukkan anak dengan posisi sedikit membungkuk ke depan dan kemudian jepit hidungnya dengan kedua jari, biarkan mulut anak terbuka untuk dapat bernafas. Kemudian letakkan kompres dingin pada tulang hidung.

Seharusnya tidak berselang lama darah berhenti mengalir, namun bila dalam 15 menit darah masih mengalir dari hidung anak, segera periksakan ke UGD atau dokter terdekat. Untuk anak di atas 1 tahun atau anak yang sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik, peringati anak agar tidak menghembuskan nafas terlalu keras dan jangan dulu mengorek hidungnya. Luka yang belum kering di rongga hidungnya akan mudah berdarah lagi.

Berdasarkan pengamatan, mayoritas kasus mimisan yang terjadi pada anak tidak berbahaya. Namun tetap patut diwaspadai karena beberapa penyakit berat memiliki gejala mimisan seperti Demam Berdarah, Gagal Ginjal, Hemofilia, Leukimia,Tumor dan lain-lain.

Yang harus diperhatikan adalah intensitas mimisan, bila sudah terlampau sering semisal 3 kali dalam seminggu dan hal lainnya adalah warna darah yang keluar, bila terlihat hitam dan mengental sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.

Kasus mimisan pada anak memang kebanyakan tidak berbahaya, namun jangan dianggap remeh dan cermati terus kondisinya. *.*