Sabtu, 19 Maret 2011

Belajar Mencari Solusi

Belajar Mencari Solusi

Saat hendak memutuskan untuk berkeluarga, banyak sekali rencana-rencana tersusun di kepala, semuanya serba ideal dan indah. Namun ternyata tidak demikian halnya dengan kenyataan untuk mewujudkan rencana indah itu. Banyak faktor yang menjadi kendala.

Sewaktu baru menikah dan masih berdua, ketika kami ada permasalahan dengan mudahnya dapat diselesaikan. Masalah serius mulai timbul ketika anak pertama kami lahir, saat itu kami berdua bekerja. Karena pertimbangan untuk tumbuh kembang anak, akhirnya diputuskan saya sebagai ibu untuk berhenti bekerja. Satu masalah sudah terpecahkan. Kemudian dalam jangka waktu 15 bulan setelah kelahiran anak pertama, maka kami pun dikaruniai anak kedua. Mulailah timbul kembali permasalahan, apalagi saat itu kebetulan kami tidak mempunyai pembantu. Saya tidak bisa terus menerus mengandalkan ibu saya, untuk membantu saya mengasuh salah satu anak kami, karena ibu saya tidak tinggal satu kota dengan kami. Begitupun dengan ibu mertua saya, selain beliau tidak satu kota, beliau juga masih bekerja dan belum pensiun. Pontang-panting saya mencari pembantu rumah tangga yang bisa menginap, karena selama ini kami hanya mempunyai pembantu rumah tangga yang pulang pergi, itupun hanya sampai siang.

Sedih rasanya ketika saya disibukkan mengurus salah satu anak, maka anak yang satunya agak terabaikan, apalagi kalau salah satu dari mereka sedang sakit. Belum lagi ketika kondisi saya sedang lelah, kadangkala emosi saya jadi kurang terkontrol, dan akibatnya anak yang menjadi korban kemarahan. Bukan saja anak yang menjadi korban, namun juga keadaan ini menjadi salah satu pemicu pertengkaran. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh pada keharmonisan keluarga, tak jarang saya pun menangis karena keadaan ini.

Akhirnya setelah kami diskusikan solusi terbaik adalah bahwa kami sangat membutuhkan asisten atau pembantu rumah tangga yang menginap agar saya bisa lebih mengoptimalkan tumbuh kembang anak, suami bisa konsentrasi dalam bekerja, sedangkan urusan yang tidak bisa saya pegang, diambil alih oleh asisten. Sehingga rumah tangga kami harmonis kembali.

Mempersiapkan Anak Masuk TK

Mempersiapkan Anak Masuk TK

Sebenarnya tidak ada persiapan formal utuk masuk TK, keculi bagi sekolah yang memang mengharuskan muridnya sudah bisa BAK dan BAB tanpa ditolong. Untuk memasuki TK selain batasan umur, juga adalah pertimbangan kesiapan anak untuk bersekolah. Diantaranya sebagai berikut :

1. Perkembangan bahasa

Anak sudah mampu mengatakan keinginananya, menceritakan kembaliapa yang dilihat,berbicara satu kalimat yang teratur, menyanyi, mengikuti petunjuk sederhana, berkomunikas dengan orang dewasa dan teman-temannya.

2. Perkembangan Sosial dan Emosi

Apakah anak sudah mau berbagi dengan teman-temannya, berpartisi-pasi dalam kelompok, sudah dapat menikmati kebersamaan dengan teman seusianya, dalam menerima pelajaran apakah anak sudah memiliki keseriusan mengikuti petunjuk guru,aturan dan perintah ringan.

3. Ketrampilan Motorik

Anak mampu melakukan ketrampilan motorik kasar, seperti berjalan, berlari dan melompat, dan menaiki tangga. Motorik halus seperti,menyendok makanan nya sendiri, memegang pensil.

4.. Keperayaan Diri

Sikap percaya dirimenunjukkan bahwa anak mampu berpisah dari orang tuanya untuk beberapa waktu, serta melakuakan beberapa hal dengan mandiri.anak juga sudah memiliki kemampuan bermain.



Untuk mempersiapkan anak masuk sekolah, sebaiknya anak harus mulai dipersiapkan dari rumah. Kita bisa mulai menanamkan pada dirinya bahwa ia bukan bayi lagi. Secara bertahap,kita mulai menjauhkan barang-barang bayi miliknya, seperti botolsusu, ataupun selimut kesayangannya. Mulai memberikan penghargaan saat anak menunjukkan keberhasilannya. Kita pun mulai menghentikan mengajak anak berbicara dengan kata-kata bayi.

Mulailah mengasah ketrampilan sosialnya, yaitu ketrampilan untuk berhubungan dengan orang-orang lain sekitarnya, misalnya jangan selalu menyelamatkan anak saat bermain bersama teman-temannya. Setiap kali anak punya persoalan dan lari meminta tolong kepada kita, mintalah anak berusaha menyelesaikan sendiri dulu, karena tentunya anak masih membutuhkan kita sebagai orang tua. Doronglah anak untuk menyelesaikan persoalan dngan temannya, karena keberhasilannya dalam mengatasi masalah kan menumbuhkan rasa percaya dirinya.

Agar anak terbebas dari kecemasan ketika pertama kali akan masuk sekolah, kita dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :

- Sejak jauh-jauh hari katakan pada anak rencana memasukkannya ke sekolah.

- Ungkapkan bahwa sekolah itu bukanlah tempat yang menakutkan.

- Jangan memasukkan anak ke sekolah hanya karena dorongan untuk mengubah kelakuan si anak yangtidak berkenan di hati.

- Persiapanuntuk masuk sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain menggunakan media boneka untuk mengisahkan betapa menyenangkan bersekolah.

- Bila kakaknya sudah sekolah, tak ada salahnya mengajak adiknya sesekali ke sekolah Di sekolah anak dapat melihat langsung kegiatan bersekolah juga belajar bahwa sekolah itu seseorang anak tak perlu ditunggui orang tua.

- Dengan demikian anak akan merasa bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan.

Sabtu, 05 Maret 2011

Hati-hatilah dengan Kebiasaan Menulis

Hati-hatilah dengan Kebiasaan Menulis



oleh Rizal Falih



”James Pennebaker, Ph.D. dan Janet Seager, Ph. D dalam Jurnal Clinical Psychology menulis bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara fisik.”



Menulis adalah pekerjaan yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk di lakukan, apalagi untuk orang yang tidak biasa menulis seperti saya. Banyak orang yang ketika diajak untuk menulis berkata “Ah saya tidak punya bakat menulis”, “Menulis itu sulit banget, susah cari ide untuk membuat tulisan”, “Saya terlalu sibuk, sehingga tidak ada waktu buat saya menulis”, bahkan ada yang ekstrim dengan mengatakan “Ah menulis itu hanya membuang-buang waktu saja”.



Menulis benar-benar menjadi pekerjaan yang menyebalkan untuk orang yang belum mengerti maanfaat yang dapat diambil dari kegiatan yang sepertinya remeh temeh ini. Lantas apakah benar ada manfaat yang bisa di petik dari kegiatan tulis menulis.



Ketika akan membuat sebuah tulisan ada tiga tahapan utama yang akan dilalui yaitu tahap persiapan, tahap penulisan itu sendiri dan tahap koreksi. Dari tahapan-tahapan ini saja kita sudah bisa memperoleh maanfaatnya, tidak percaya? ayo kita buktikan.



Langkah pertama dalam menulis adalah menentukan maksud dan tujuan dari tulisan yang akan kita buat, apakah membuat suatu reportase dari sebuah peristiwa, membuat cerita hiburan, berbagi pengetahuan, dan lain sebagainya. Tujuan inilah yang nantinya dijadikan sebagai acuan untuk mengumpulkan data, dan bahan-bahan penunjang yang lain yang digunakan untuk mengembangkan tulisan yang dibuat, dengan memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan ide dan gagasan yang akan kita buat tersebut.



Tujuan inilah yang akan membantu seorang penulis untuk lebih fokus dalam upaya mencapai tujuan yang di inginkan dan terarah dalam mengembangkan topik yang akan ditulisnya. Dan jika kebiasaan ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka seorang penulis akan memiliki tujuan hidup yang lebih jelas dan fokus dalam mencapainya.



Setelah menetukan tujuan yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data dan informasi untuk membangun tulisan tersebut. Untuk itu penulis perlu menggali informasi dari berbagai sumber, misalnya dari tulisan-tulisan orang lain, wawancara langung dengan narasumber, penelusuran langsung ke lapangan, ataupun informasi lain yang berhubungan dengan tulisan. Dari tahapan ini penulis di pacu untuk belajar menyerap segala informasi yang telah berhasil dikumpulkan, sehingga tahap persiapan ini bisa di jadikan sebagai sarana belajar bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan.



Setelah informasi dapat dikumpulkan, penulis dapat menyusun kerangka dasar penulisan. Karenanya diperlukan kemampuan untuk berpikir sistematis agar informasi yang ingin disampaikan sampai kepada pembacanya. Jika kebiasaan ini dilakukan secara terus menerus maka seorang penulis akan terbiasa untuk berpikir secara sistematis, dan dapat diterapkan dalam bidang lain, seperti dalam membuat suatu perencanaan, menyusun laporan dan aspek hidup yang lain. Kebiasaan ini bisa menjadi modal penting untuk meraih kesuksesan di segala bidang yang ditekuni.



Setelah kerangka dasar tulisan tersusun, selanjutnya seorang penulis dapat mengembangkan tulisannya. pada proses ini, penulis di pacu untuk mencari kata-kata yang tepat, dan menyusunnya menjadi kalimat yang benar, membuat konsep, menuangkan ide dan gagasan dan membuatnya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan erat serta sejalan sehingga tulisan mudah dipahami oleh si pembaca. Untuk melakukan semuanya itu, penulis dituntut untuk mengaktifkan kemampuan intelektual untuk menjelaskan ide dan gagasannya, dan kemampuan berpikir kritis untuk mendukung ide dan gagasannya itu dengan data dan contoh yang sesuai.



Langkah terakhir dalam menulis adalah penyutingan, revisi dan mengkoreksi untuk menyempurnakan tulisan yang telah dibuat. Untuk tahapan ini, seorang penulis perlu memeriksa kembali tulisannya secara kritis dan objektif. Melihat kembali apakah ada kesalahan kalimat, pemilihan contoh yang sesuai, dan apakah informasi yang akan disampaikan sudah cukup jelas.



Dalam tahapan ini seorang penulis memerlukan objektifitas dalam mengevaluasi kesalahan, keberanian untuk mengakui kesalahan dan upaya untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Hal ini tentu juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa keberanian untuk melakukan evaluasi diri secara objektif, keberanian mengakui kesalahan maka tidak akan adaya upaya untuk melakukan perbaikan dalam rangka mencapai kesuksesan.





(Sumber: edukasi.kompasiana.com)

Selasa, 01 Maret 2011

Jangan Sampai Salah Memilih Pasangan Hidup

Jangan Sampai Salah Memilih Pasangan Hidup

Hasil Copas di : http://terimakasihibu.blogspot.com/2011/03/jangan-sampai-salah-memilih-pasangan.html

Kebimbangan itulah perasaan yang sering muncul di hati para lajang tatkala harus memutuskan dengan siapa ia akan menikah. Perasaan ini wajar muncul, karena keputusan menikah adalah keputusan besar yang akan mempengaruhi jalan hidup seseorang, karenanya mereka akan berhati-hati dalam menentukan calon pendamping hidupnya. Kebimbangan semacam ini juga dirasakan Annisa, wanita berusia 24 tahun yang kebetulan berparas cantik. Sebagai muslimah ia sudah merasa jengah dengan para lelaki yang mencoba mendekatinya. Baginya hanya ada satu solusi, menikah. Tapi ia jadi bingung pria mana yang harus ia terima pinangannya. Di mata Annisa setiap pria yang mencoba mendekatinya memiliki kekurangan. Kini Annisa jadi bertanya dalam hati sebenarnya syarat apa saja sih yang mesti ia tetapkan untuk calon pendampingnya kelak?.
Tak ada gading yang tak retak, begitu yang dikatakan pepatah untuk mengungkapkan sebenarnya tidak ada orang yang sempurna. Setiap orang pasti memiliki kekurangan, namun sesungguhnya ada kualitas kepribadian dasar yang harus kita dan calon pasangan kita miliki agar dapat membina mahligai rumah tangga yang bahagia. Kualitas pribadi tersebut antara lain :

Kualitas Keberagamaan
Agama merupakan keyakinan yang mempengaruhi hati, fikiran perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga orang yang mempunyai pemahaman serta pengalaman agamanya yang baik akan sangat terbantu dalam mengatasi berbagai masalah. Kondisi ini pada akhirnya akan mempengaruhi kebahagiaan dan kelanggengan sebuah perkawinan.

Memiliki Komitmen Untuk Mengembangkan Diri
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya msing-masing. Namun setiap orang juga memiliki kesempatan untuk berkembang. Penting bagi kita untuk memiliki komitmen pengembangan pribadi ini, yaitu bagaimana seseorang memahami kekurangan yang ada, belajar dari kesalahan dan mau mendengarkan nasihat orang lain. Semua hal tersebut bermuara pada bagaimana ia membangun dan mengembangan dirinya agar menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bijak.

Keterbukaan Emosional
Artinya adalah orang yang memiliki perasaan, mengetahui apa yang sedang dirasakan, mau berbagi perasaan dengan pasangannya dan mengetahui cara mengungkapkan perasaan. Keterbukaan Emosional menjadi modal penting dalam membangun komunikasi dengan pasangan kita, sedangkan komunikasi yang baik adalah modal penting dalam membangun rumah tangga harmonis.

Memiliki Integritas
Setiap orang mendambakan calon pasangan yang mempunyai integritas diri. Kita menginginkan orang yang, jujur, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, dalam hal ini terutama dengan pasangannya, kita juga ingin calon pasangan kita adalah orang yang tidak main-main dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi masa depannya. Itulah makna integritas diri.

Kematangan dan Tanggung Jawab
Memiliki kematangaan berarti ia bisa mengurus dirinya sendiri, tahu mana yang baik/buruk buat dirinya. Sedangkan bertanggung jawab berarti dia memahami langkah yang dia ambil beserta resiko-resiko yang mungkin dihadapi.

Memiliki Harga Diri
Ingatlah agar seseorang bisa mencintai ia harus cinta pada dirinya sendiri. Karena itu lihatlah bagaimana cintanya ia pada dirinya sendiri. Kalau ia sendiri tidak mencintai dirinya, bagaimana mungkin ia bisa mencintai pasangannya?

Sikap Positif Terhadap Kehidupan
Mereka yang memiliki sikap hidup positif akan berusaha mengubah segala kendala menjadi peluang, dan biasanya percaya bahwa segalanya akan bisa menjadi baik.
Itu semua kualitas ideal yang perlu dimiliki oeleh calon pasangan kita dan diri kita sendiri pada saat kita akan menikah. Namun situasi yang dihadapai Annisa atau situasi yang sejenis dengan itu, sering membuat kita tidak bisa berfikir jernih. Karena itu adalah hal-hal yang harus kita waspadai agar tidak salah paham dalam memilih pasangan. Hal-hal seperti ini mungkin akan membantu kita :

1. Jangan terlalu cepat memutuskan untuk menikah dengan si dia
Sediakan waktu yang cukup untuk memperoleh informasi yang memadai tentang calon pasangan anda tersebut. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dari calon pasangan hidup kita itu:
a. Latar Belakang Kehidupan.

* Agama, norma-norma atau nilai-nilai status sosial ekonomi, suku, tradisi budaya keluarga asal.
* Adakah penyakit keturunan yang berhubungan dengan faktor genetic.

b. Masalah yang berkaitan dengan kualitas diri

* Kualitas Dien
* Tipe kepribadian (tertutup/terbuka, pendiam, periang, emosional, sabar)
* Kemampuan problem solving
* Kepercayaan diri.

2. Jangan menikah di usia yang belum matang secara pribadi
Siap menikah berarti siap menghadapai masalah yang semuanya menuntut kedewasaan berfikir dan bersikap. Kedewasaan ini tidak bisa di ukur dengan usianya lebih dewasa dibanding mereka yang lebih tua.
Kedewasaan juga mempengaruhi dalam kita menentukan pilihan calon pasangan kita. Mereka yang kurang matang cenderung hanya terpukau pada hal-hal yang bersifat luaran saja.

3. Jangan memilih pasangan hanya untuk menyenangkan orang lain
Andalah orang yang beruntung atau yang menderita dengan pernikahan anda. Kalau pun ada faktor orang lain dalam mempertemukan antara anda dengan si dia pastikan bahwa anda sendirilah yang memutuskan bahwa dialah yang memang terbaik buat anda (tentunya beristiqarah terlebih dahulu).

4. Jangan menikah dengan harapan-harapan yang tidak realistis
Biasanya niatan awal menikah mempengaruhi masalah-masalah apa yang akan mendominasi selama kehidupan perkawinan. Kepuasan dalam kehidupan perkawinan dan terhadap tolak ukurnya berada pada harapan tersebut. Bila tidak terpenuhi akan menimbulkan kekecewaan.

5. Jangan menikah dengan seseorang yang memilki masalah kepribadian
Berhati-hatilah terhadap orang yang memiliki kepribadian yang sulit untuk dirubah, diperlukan pengertian dan lapang dada yang luar biasa untuk menghadapi orang seperti ini. Pada dasarnya setiap orang memiliki perilaku bermasalah, namun yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana kadar, intensitas dan frekwensinya seseorang yang masuk dalam kategori mengalami masalah kepribadian adalah bila memiliki prilaku bermasalah yang mendominasi keseharian dan mempengaruhi adaptasinya dengan orang lain. Biasanya orang seperti ini sering membuat orang lain atau dirinya sendiri merasa terganggu dan tidak nyaman dengan perilakunya.

Inna Mutmainnah, S.Psi.
Sumber: Majalah Safina No. 2/Th.1

Masa Kecil yang Menyenangkan

Ingatanku melayang ke masa lebih dari tiga puluh tahun yang lalu. Betapa masa itu sangat membekas dan memberi arti banyak dalam perjalanan hidupku selanjutnya. Layaknya seorang anak, bermain sebenarnya sarana anak untuk belajar.

Tak salah jika seringkali kita menyebutkan dunia anak adalah dunia bermain. Bermain diharapkan menjadi sarana belajar serta pengembangan nilai EQ pada anak. Saat bermain sebenarnya anak dikenalkan dengan proses untuk melakukan pengenalan hidup dan kehidupan.

Semasa kecil dulu saya tinggal di perkebunan. Hingga kini masih terkenang permainan yang sering kami mainkan adalah galah asin (gobak sodor), engklek/sondah dan sorodot gaplok.

Beruntung rasanya saya mempunyai masa kecil yang indah. Tidak terbebani oleh les dan kursus. Hampir seluruh waktu, dari pagi hingga sore diisi dengan hal-hal yang menyenangkan. Umumnya anak-anak yang berada di daerah perkebunan, mereka jarang sekali yang mempunyai televisi, apalagi permainan elektronik seperti anak zaman sekarang. Selain karena memang masih belum banyak dijual , kondisi ekonomi mereka pun memang tidak memungkinkan untuk menikmati tayangan televisi. Hanya beberapa gelintir orang saja yang bisa memiliki permainan elektronik. Saat itu akhir tahun tujuh puluhan, saat saya masih TK (Taman- Kanak-Kanak) dimana saya sangat menikmati beberapa permainan yang kini sulit ditemui.

Biasanya kami (saya dan saudara/kerabat) bermain bersama dengan anak-anak karyawan atau buruh perkebunan, dan kami tidak merasa ada perbedaan kesenjangan hanya dikarenakan kakak sepupu merupakan kepala perkebunan ( Administrateur) di suatu perkebunan di daerah Jawa Barat. Justru karena menjadi keluarga Administrateur inilah maka anak-anak karyawan dan buruh bisa bermain bersama menggunakan fasilitas yang disediakan perkebunan.Permainan yang sering kami mainkan adalah permainan Galah Asin/ Gobak sodor. Kami biasanya melaksanakan permainannya di lapangan tenis saat siang atau pun sore hari saat lapangan tenis tersebut tidak dipergunakan. Permainan Galah asin adalah permainan yang memerlukan ketangkasan menyentuh badan lawan atau menghindar dari kejaran lawan. Permainan Galah asin ini dilakukan oleh dua kelompok, kelompok pertama sebagai pemain dan kelompok kedua sebagai penjaga.

Cara bermain galah asin ini saya dan teman-teman bermain secara tim yang terdiri dari dua tim, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Dalam permainan ini kita diharuskan menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota tim yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota tim yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Untuk anggota tim yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Sedangkan anggota yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal, biasanya satu orang, orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Wah senang sekali rasanya kalau menang, kalaupun kalah tidak menjadikannya sebagai permusuhan. Jika dipikir-pikir ternyata permainan ini juga bisa menjadi sebuah olahraga. Karena banyak menguras energi, dan sekaligus juga berlatih untuk berlari cepat selain mengunakan akal untuk mensiasati lawan.

Permainan lain yang biasa saya dan teman-teman mainkan yaitu engkle/ sondah, permainan ini mengharuskan pemainnya melompati petak-petak seperti bentuk pesawat. Engkle/sondah cukup dimainkan di tanah lapang dengan membuat petak-petak di permukaan tanah sesuai dengan bentuk yang disepakati baik menggunakan kapur atau pecahan genting. Alat lain yang digunakan adalah benda pipih seperti batu, pecahan genting, tutup botol yang digepengkan dan lain-lain sebagai biji. Inti permainannya adalah melempar batu pipih ke dalam kotak dengan tidak boleh keluar atau mengenai garis batas kotak, lalu melompat-lompat dengan satu kaki dalam kotak yang tidak berbatu tanpa boleh menginjak garis dan batu peserta lain. Setelah berputar anak harus mengambil batu dengan tetap bertumpu pada satu kaki lalu melompat kembali sampai ke garis awal. Begitu seterus sampai tidak ada lagi kotak yang kosong. Adapun manfaat dari permainan engkle ini adalah melatih keseimbangan tubuh, melatih kemampuan reka visual, meningkatkan kemampuan perencanaan gerak, meningkatkan kemampuan diferensiasi tekstur berdasarkan indera perabaan.

Yang tak kalah menariknya adalah permainan sorodot gaplok yaitu permainan membawa batu dengan telapak kaki bagian atas lalu dibenturkan ke batu lain yang berdiri sejauh jarak yang telah disepakati. Jumlah pemain adalah genap, jadi minimal ada dua orang untuk bermain secara bergantian atau lebih, dibagi menjadi dua tim.

Cara bermain, disepakati satu garis untuk memasang batu secara berdiri. Lantas ada satu garis pada jarak tertentu untuk pemain lawan melemparkan batu. Pemain yang memasang batu secara berdiri adalah pemain yang berjaga. Sedangkan pemain yang melempar batu adalah yang bermain. Tim pemain akan berdiri berjajar di garis lempar langsung menjatuhkan batu lawan, ada juga yang lemparannya terlalu dekat atau terlalu jauh, sehingga harus melempar dari posisi jatuh batunya. Jika jaraknya dekat, lemparan dilakukan secara ngolong, yaitu posisi setengah berjongkok dan batu dilemparkan lewat kolong kaki. Jika jaraknya cukup jauh, batu dikolongkan namun ke arah atas, lalu ditangkap, kemudian dilemparkan seperti biasa. Jika semua batu lawan sudah jatuh, dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu menjatuhkan batu lawan dengan menggunakan kaki. Batu diletakkan di atas kaki, lalu melangkah seraya berusaha membenturkan batu ke batu lawan. Biasanya pada jarak terntentu, langkah terhenti, sehingga batu meluncur datar. Inilah yang disebut sorodot (meluncur) dan batu yang saling menubruk batu seolah sedang saling menampar (gaplok).

Sungguh menarik bukan, permainan tradisonal ini. Ketika memainkan permainan tradional ini umumnya kami memanfaatkan fasilitas yang ada dan tidak harus mengeluarkan uang untuk membeli peralatan. Biasanya juga dalam permainan tradisional banyak melibatkan pemain. Karena permainan tradisional ini dimaksudkan untuk mengasah kemampuan/kecerdasan interpersonal, dimana diharapkan anak dapat berinteraksi dengan baik dengan temannya(bersosialisasi). Selain tentunya permainan ini untuk bersenang-bersenang/ bergembira. Dan yang tak kalah pentingnya permainan tradisional merupakan sebuah akar budaya suatu bangsa, dimana dalam permainan ini terkandung nilai-nilai luhur dan pesan moral di dalamnya. Dalam permainan tradisional ini anak diajarkan untuk sportif, jujur, bertanggung jawab, berprestasi, tata pada peraturan dan berlapang dada saat mengalami kekalahan.

Mengenang itu semua membuat saya ingin kembali ke masa kecil, bagaimana bahagianya dulu, bermain sambil belajar dan hidup tanpa beban. Kini saya pun menginginkan jika anak-anak bisa bahagia dan ceria seperti saya dulu.