Hasil copas dari : http://rinrinjamrianti.multiply.com/journal/item/231/Ijin_PIRT
SERTIFIKAT PIRT
IJIN, adalah sesuatu yang terasa rumit, tapi serumit apapun, karena kita di negara hukum, maka untuk keamanan kelangsungan usaha kita, sebaiknya semua ijin dibuat. Tentu dengan bertahap, sesuai kemampuan yang ada.
Ijin yang cukup penting, untuk industri rumah tangga di bidang pangan adalah Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), sebagai jaminan bahwa usaha makanan atau minuman rumahan yang kita produksi memenuhi standar keamanan makanan.
Pendaftaran PIRT bisa menghubungi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kodya masing-masing di daerahnya.
Persyaratan yang diperlukan sebaiknya ditanyakan pada Dinas terkait, sebagai gambaran di bawah ini syarat-syarat yang biasanya diminta :
1. Fotokopi KTP
2. Pas foto 3×4 sebanyak 2 lembar
3. Surat Keterangan Domisili Usaha dari kantor Camat
4. Surat keterangan Puskesmas atau Dokter
5. Denah lokasi dan denah bangunan
Selanjutnya, kita akan diikutkan pada program penyuluhan, tentang Cara Pengolahan Makanan yang Baik (CPMB). Penyuluhan biasanya bersifat kolektif, yaitu menunggu peserta berjumlah sekitar 20 orang.
Satu lagi tahapan yang akan dilalui adalah peninjauan lapang, yaitu pihak Dinas Kesehatan akan mengadakan survei secara langsung ke lokasi tempat kita produksi.
Setelah tahapan diatas, maka akan terbit 2 sertifikat yaitu sertifikat penyuluhan dan sertifikat PIRT.
Rabu, 18 Mei 2011
Selasa, 17 Mei 2011
"Bangga menjadi Anak Indonesia"
Dewi Telaphia
Komentar :
Agar anak bangga menjadi anak Indonesia, hal yang sering kami lakukan adalah mengajak anak berkunjung ke tempat wisata yang mana menunjukkan budaya daerahnya, mengajak ke museum, atau tempat-tempat bersejarah. Selain itu kami sering membacakan buku atau menceritakan kisah-kisah kepahlawanan para pejuang,dan nenek moyang bangsa Indonesia. Dari cerita dan melihat langsung bukti-bukti sejarah diharapkan mereka dapat mengambil keteladanan dan nilai-nilai luhur dari para pejuang dan nenek moyang bangsa Indonesia, agar mereka bangga. Terutama sekali mereka juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti sifat ramah, peduli suka menolong dan lain-a. Sedangkan untuk nutrisi yanag dibutuhkan anak untuk tumbuh kembangnya, kami selaku orang tua senantiasa sebisa mungkin memenuhi gizi seimbang yang meliputi karbohidrat, vitamin, mineral, protein dan lemak, dengan cara mengolah sedemikian rupa agar menarik dan anak tidak merasa bosan. Dengan demikian anak akan tumbuh sehat dan kuat. (telaphia, 11/08/2008)
Komentar :
Agar anak bangga menjadi anak Indonesia, hal yang sering kami lakukan adalah mengajak anak berkunjung ke tempat wisata yang mana menunjukkan budaya daerahnya, mengajak ke museum, atau tempat-tempat bersejarah. Selain itu kami sering membacakan buku atau menceritakan kisah-kisah kepahlawanan para pejuang,dan nenek moyang bangsa Indonesia. Dari cerita dan melihat langsung bukti-bukti sejarah diharapkan mereka dapat mengambil keteladanan dan nilai-nilai luhur dari para pejuang dan nenek moyang bangsa Indonesia, agar mereka bangga. Terutama sekali mereka juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti sifat ramah, peduli suka menolong dan lain-a. Sedangkan untuk nutrisi yanag dibutuhkan anak untuk tumbuh kembangnya, kami selaku orang tua senantiasa sebisa mungkin memenuhi gizi seimbang yang meliputi karbohidrat, vitamin, mineral, protein dan lemak, dengan cara mengolah sedemikian rupa agar menarik dan anak tidak merasa bosan. Dengan demikian anak akan tumbuh sehat dan kuat. (telaphia, 11/08/2008)
Rabu, 27 April 2011
Cara Kerja Virus, Bakteri, Cacing, dan Jamur
Hai Dewi Telaphia
Dari bermacam penyakit yang diderita seseorang, virus, bakteri, cacing, dan jamur adalah 4 sumber penyakit yang paling sering menyerang. Lalu, mengapa dan bagaimana keempat mikroorganisme tersebut dengan mudah menyerang tubuh kita?
Virus
Parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis ini tidak mampu bereproduksi sendiri, sehingga 'menginvasi' dan memanfaatkan sel-sel tubuh kita untuk bereproduksi.
Inilah sebabnya antibiotik dibutuhkan untuk menangkis virus bereproduksi, sebelum bersama imun tubuh mematikan sel-sel virus satu demi satu. Jika tubuh Anda demam saat terserang influenza, campak, herpes, rabies, ebola, ataupun polio, ini menjadi pertanda umum bahwa tubuh sedang berperang membunuh virus yang berhasil mendompleng beberapa sel dalam tubuh.
Bakteri
Bakteri atau kuman penyakit, punya kelebihan berbeda dari virus. Bakteri dapat bereproduksi dengan menduplikasi dirinya kurang dari 20 detik, dan terus bertambah jumlahnya saat memasuki tubuh manusia. Namun masuknya bakteri ke dalam tubuh tidak semudah virus yang dapat menyebar melalui seluruh indera manusia. Inilah sebabnya sabun antiseptik ataupun sabun cuci lain diberi kandungan antibakteri, sehingga mikroorganisme tersebut dapat dilumpuhkan sebelum menyusup ke dalam tubuh.
Cacing
Cacing yang umumnya masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang dikonsumsi, menjadi sangat berbahaya manakala berhasil tinggal di saluran usus, hati, kulit, paru-paru, maupun otak. Selain menyerap karbohidrat, protein, zat besi, maupun nutrisi lain dari tubuh seseorang, keberadaan cacing tentu lebih beresiko bagi anak-anak dalam usia pertumbuhan.
Jamur
Jamur atau mikosis umumnya menyerang bagian luar tubuh seperti kulit, kuku, dan rambut. Sedang mikosis lain dapat menyerang organ dalam tubuh seperti paru-paru, usus, ginjal, vagina, mulut, hingga jantung. Oleh karena serangan jamur seperti ini tidak kasat mata, penderita hanya dapat dikatakan menderita serangan jamur setelah divonis dokter.
Kemudian jika umumnya jamur tidak menular, ada pula jamur yang menular (candida) yang dapat menyebabkan keputihan, sariawan, tumbuh di bawah lipatan payudara, kulit selangkangan, saluran pencernaan, paru-paru, dll.
Nah, semoga gambaran cara kerja sumber-sumber penyakit ini dapat berguna bagi Anda untuk memberikan treatment yang tepat sesuai gejala penyakit yang menimpa seseorang.
Salam hangat,
Melinda Care
Dari bermacam penyakit yang diderita seseorang, virus, bakteri, cacing, dan jamur adalah 4 sumber penyakit yang paling sering menyerang. Lalu, mengapa dan bagaimana keempat mikroorganisme tersebut dengan mudah menyerang tubuh kita?
Virus
Parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis ini tidak mampu bereproduksi sendiri, sehingga 'menginvasi' dan memanfaatkan sel-sel tubuh kita untuk bereproduksi.
Inilah sebabnya antibiotik dibutuhkan untuk menangkis virus bereproduksi, sebelum bersama imun tubuh mematikan sel-sel virus satu demi satu. Jika tubuh Anda demam saat terserang influenza, campak, herpes, rabies, ebola, ataupun polio, ini menjadi pertanda umum bahwa tubuh sedang berperang membunuh virus yang berhasil mendompleng beberapa sel dalam tubuh.
Bakteri
Bakteri atau kuman penyakit, punya kelebihan berbeda dari virus. Bakteri dapat bereproduksi dengan menduplikasi dirinya kurang dari 20 detik, dan terus bertambah jumlahnya saat memasuki tubuh manusia. Namun masuknya bakteri ke dalam tubuh tidak semudah virus yang dapat menyebar melalui seluruh indera manusia. Inilah sebabnya sabun antiseptik ataupun sabun cuci lain diberi kandungan antibakteri, sehingga mikroorganisme tersebut dapat dilumpuhkan sebelum menyusup ke dalam tubuh.
Cacing
Cacing yang umumnya masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang dikonsumsi, menjadi sangat berbahaya manakala berhasil tinggal di saluran usus, hati, kulit, paru-paru, maupun otak. Selain menyerap karbohidrat, protein, zat besi, maupun nutrisi lain dari tubuh seseorang, keberadaan cacing tentu lebih beresiko bagi anak-anak dalam usia pertumbuhan.
Jamur
Jamur atau mikosis umumnya menyerang bagian luar tubuh seperti kulit, kuku, dan rambut. Sedang mikosis lain dapat menyerang organ dalam tubuh seperti paru-paru, usus, ginjal, vagina, mulut, hingga jantung. Oleh karena serangan jamur seperti ini tidak kasat mata, penderita hanya dapat dikatakan menderita serangan jamur setelah divonis dokter.
Kemudian jika umumnya jamur tidak menular, ada pula jamur yang menular (candida) yang dapat menyebabkan keputihan, sariawan, tumbuh di bawah lipatan payudara, kulit selangkangan, saluran pencernaan, paru-paru, dll.
Nah, semoga gambaran cara kerja sumber-sumber penyakit ini dapat berguna bagi Anda untuk memberikan treatment yang tepat sesuai gejala penyakit yang menimpa seseorang.
Salam hangat,
Melinda Care
Senin, 25 April 2011
Mimisan Pada Anak
Hasil copas dari :Sahabat Ibu
Epistaksis atau yang lebih dikenal dengan sebutan mimisan acapkali terjadi pada buah hati kita. Sebagai orang tua, merasa panik itu wajar. Bayangkan, siapa yang tak panik, sedang asyik berkumpul bersama keluarga mendadak darah segar mengalir dari hidung sang buah hati.
Pemandangan ini tentu terlihat menyeramkan, belum lagi mimisan seringkali dicap sebagai gejala penyakit-penyakit yang berbahaya.
Benarkah bahwa mimisan pada anak berbahaya?
Bagaimana menanggulanginya?
Apa sebenarnya mimisan itu?
Dikutip dari berita kesehatan Pharos Indonesia, Epistaksis atau mimisan sendiri sebenarnya adalah perdarahan yang keluar dari rongga hidung, nasofaring (bagian hulu kerongkongan yang berhubungan dengan hidung).
Pada anak, mimisan sering terjadi pada rentang usia 2 - 10 tahun, kendati untuk penyebab tertentu, anak di usia 10 tahun pun masih mengalaminya.
Mengapa mimisan sering terjadi pada anak ?
Selaput lendir dan pembuluh darah di dalam hidung anak masih tipis dan sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar. Akibatnya, pembuluh darah dalam hidung melebar kemudian pecah hingga terjadilah mimisan.
Penyebab terjadinya mimisan pada anak antara lain :
Penyebab yang paling sering terjadi pada anak adalah trauma lokal seperti kebiasaan anak mengorek hidung,terbentur benda keras atau apabila hidung anak tertusuk benda tajam sehingga memicu terjadinya mimisan.
Suhu udara yang terlampau dingin juga bisa menyebabkan mimisan. Suhu AC yang terlalu rendah dari yang bisa diadaptasi tubuh dan udara kering yang terjadi karena suhu terlampau dingin rentan menyebabkan selaput lendir pecah.
Belum lagi bila terjadi perubahan suhu yang ekstrim, misalnya, sehabis bermain-main di bawah terik matahari, anak langsung masuk ke dalam ruangan ber-AC. Mimisan dapat terjadi karena tubuh belum tentu bisa segera beradaptasi dengan perubahan suhu tersebut.
Iritasi saluran gas yang merangsang dan infeksi saluran pernapasan diketahui juga acapkali menimbulkan mimisan pada anak. Pilek yang menyebabkan anak sering bersin dan berkali-kali mengeluarkan lendir dari hidung dengan sapu tangan atau tissue dapat menimbulkan pergesekkan dalam hidung dan mengenai pembuluh darah.
Mengkonsumsi obat-obatan jenis tertentu juga bisa menjadi pemicu mimisan. Obat-obatan yang biasanya dapat menyebabkan mimisan pada anak antara lain: obat batuk sirup yang mengandung alkohol, obat penurun panas yang mengandung acetyl salicylic acid (asam asetil salisilat/aspirin) dan obat-obatan lain yang memiliki aroma dan rasa yang terlampau tajam.
Sebelumnya disebutkan bahwa pada kasus tertentu anak di usia 10 tahun masih mengalami mimisan. Faktor keturunan dapat dikatakan merupakan salah satunya. Beberapa anak terlahir dengan pembuluh darah hidung yang lebih tipis sehingga sering mengalami mimisan.
Ada pula kasus lain yaitu kelainan tulang hidung pada anak (struktur tulang agak bengkok mendekati pembuluh darah). Pada saat anak dengan kelainan tulang hidung menggosok hidung, tulang sering bergesekkan dengan pembuluh darah hingga pecah dan terjadi mimisan. Kelainan tulang hidung ini terjadi sejak lahir atau karena trauma (pernah patah).
Kendati di atas disebutkan umumnya mimisan terjadi pada rentang usia 2 - 10 tahun, bayi di bawah 2 tahun juga bisa mengalami mimisan. Usai minum susu terkadang bayi muntah atau gumoh. Muntahan tersebut juga berisikan asam lambung yang jika terdorong ke atas dan keluar lewat hidung dapat menimbulkan iritasi pada rongga hidung dan terjadilah mimisan.
Bagaimana menanggulanginya ?
Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mendudukkan anak dengan posisi sedikit membungkuk ke depan dan kemudian jepit hidungnya dengan kedua jari, biarkan mulut anak terbuka untuk dapat bernafas. Kemudian letakkan kompres dingin pada tulang hidung.
Seharusnya tidak berselang lama darah berhenti mengalir, namun bila dalam 15 menit darah masih mengalir dari hidung anak, segera periksakan ke UGD atau dokter terdekat. Untuk anak di atas 1 tahun atau anak yang sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik, peringati anak agar tidak menghembuskan nafas terlalu keras dan jangan dulu mengorek hidungnya. Luka yang belum kering di rongga hidungnya akan mudah berdarah lagi.
Berdasarkan pengamatan, mayoritas kasus mimisan yang terjadi pada anak tidak berbahaya. Namun tetap patut diwaspadai karena beberapa penyakit berat memiliki gejala mimisan seperti Demam Berdarah, Gagal Ginjal, Hemofilia, Leukimia,Tumor dan lain-lain.
Yang harus diperhatikan adalah intensitas mimisan, bila sudah terlampau sering semisal 3 kali dalam seminggu dan hal lainnya adalah warna darah yang keluar, bila terlihat hitam dan mengental sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.
Kasus mimisan pada anak memang kebanyakan tidak berbahaya, namun jangan dianggap remeh dan cermati terus kondisinya. *.*
Epistaksis atau yang lebih dikenal dengan sebutan mimisan acapkali terjadi pada buah hati kita. Sebagai orang tua, merasa panik itu wajar. Bayangkan, siapa yang tak panik, sedang asyik berkumpul bersama keluarga mendadak darah segar mengalir dari hidung sang buah hati.
Pemandangan ini tentu terlihat menyeramkan, belum lagi mimisan seringkali dicap sebagai gejala penyakit-penyakit yang berbahaya.
Benarkah bahwa mimisan pada anak berbahaya?
Bagaimana menanggulanginya?
Apa sebenarnya mimisan itu?
Dikutip dari berita kesehatan Pharos Indonesia, Epistaksis atau mimisan sendiri sebenarnya adalah perdarahan yang keluar dari rongga hidung, nasofaring (bagian hulu kerongkongan yang berhubungan dengan hidung).
Pada anak, mimisan sering terjadi pada rentang usia 2 - 10 tahun, kendati untuk penyebab tertentu, anak di usia 10 tahun pun masih mengalaminya.
Mengapa mimisan sering terjadi pada anak ?
Selaput lendir dan pembuluh darah di dalam hidung anak masih tipis dan sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar. Akibatnya, pembuluh darah dalam hidung melebar kemudian pecah hingga terjadilah mimisan.
Penyebab terjadinya mimisan pada anak antara lain :
Penyebab yang paling sering terjadi pada anak adalah trauma lokal seperti kebiasaan anak mengorek hidung,terbentur benda keras atau apabila hidung anak tertusuk benda tajam sehingga memicu terjadinya mimisan.
Suhu udara yang terlampau dingin juga bisa menyebabkan mimisan. Suhu AC yang terlalu rendah dari yang bisa diadaptasi tubuh dan udara kering yang terjadi karena suhu terlampau dingin rentan menyebabkan selaput lendir pecah.
Belum lagi bila terjadi perubahan suhu yang ekstrim, misalnya, sehabis bermain-main di bawah terik matahari, anak langsung masuk ke dalam ruangan ber-AC. Mimisan dapat terjadi karena tubuh belum tentu bisa segera beradaptasi dengan perubahan suhu tersebut.
Iritasi saluran gas yang merangsang dan infeksi saluran pernapasan diketahui juga acapkali menimbulkan mimisan pada anak. Pilek yang menyebabkan anak sering bersin dan berkali-kali mengeluarkan lendir dari hidung dengan sapu tangan atau tissue dapat menimbulkan pergesekkan dalam hidung dan mengenai pembuluh darah.
Mengkonsumsi obat-obatan jenis tertentu juga bisa menjadi pemicu mimisan. Obat-obatan yang biasanya dapat menyebabkan mimisan pada anak antara lain: obat batuk sirup yang mengandung alkohol, obat penurun panas yang mengandung acetyl salicylic acid (asam asetil salisilat/aspirin) dan obat-obatan lain yang memiliki aroma dan rasa yang terlampau tajam.
Sebelumnya disebutkan bahwa pada kasus tertentu anak di usia 10 tahun masih mengalami mimisan. Faktor keturunan dapat dikatakan merupakan salah satunya. Beberapa anak terlahir dengan pembuluh darah hidung yang lebih tipis sehingga sering mengalami mimisan.
Ada pula kasus lain yaitu kelainan tulang hidung pada anak (struktur tulang agak bengkok mendekati pembuluh darah). Pada saat anak dengan kelainan tulang hidung menggosok hidung, tulang sering bergesekkan dengan pembuluh darah hingga pecah dan terjadi mimisan. Kelainan tulang hidung ini terjadi sejak lahir atau karena trauma (pernah patah).
Kendati di atas disebutkan umumnya mimisan terjadi pada rentang usia 2 - 10 tahun, bayi di bawah 2 tahun juga bisa mengalami mimisan. Usai minum susu terkadang bayi muntah atau gumoh. Muntahan tersebut juga berisikan asam lambung yang jika terdorong ke atas dan keluar lewat hidung dapat menimbulkan iritasi pada rongga hidung dan terjadilah mimisan.
Bagaimana menanggulanginya ?
Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mendudukkan anak dengan posisi sedikit membungkuk ke depan dan kemudian jepit hidungnya dengan kedua jari, biarkan mulut anak terbuka untuk dapat bernafas. Kemudian letakkan kompres dingin pada tulang hidung.
Seharusnya tidak berselang lama darah berhenti mengalir, namun bila dalam 15 menit darah masih mengalir dari hidung anak, segera periksakan ke UGD atau dokter terdekat. Untuk anak di atas 1 tahun atau anak yang sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik, peringati anak agar tidak menghembuskan nafas terlalu keras dan jangan dulu mengorek hidungnya. Luka yang belum kering di rongga hidungnya akan mudah berdarah lagi.
Berdasarkan pengamatan, mayoritas kasus mimisan yang terjadi pada anak tidak berbahaya. Namun tetap patut diwaspadai karena beberapa penyakit berat memiliki gejala mimisan seperti Demam Berdarah, Gagal Ginjal, Hemofilia, Leukimia,Tumor dan lain-lain.
Yang harus diperhatikan adalah intensitas mimisan, bila sudah terlampau sering semisal 3 kali dalam seminggu dan hal lainnya adalah warna darah yang keluar, bila terlihat hitam dan mengental sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.
Kasus mimisan pada anak memang kebanyakan tidak berbahaya, namun jangan dianggap remeh dan cermati terus kondisinya. *.*
Sabtu, 19 Maret 2011
Belajar Mencari Solusi
Belajar Mencari Solusi
Saat hendak memutuskan untuk berkeluarga, banyak sekali rencana-rencana tersusun di kepala, semuanya serba ideal dan indah. Namun ternyata tidak demikian halnya dengan kenyataan untuk mewujudkan rencana indah itu. Banyak faktor yang menjadi kendala.
Sewaktu baru menikah dan masih berdua, ketika kami ada permasalahan dengan mudahnya dapat diselesaikan. Masalah serius mulai timbul ketika anak pertama kami lahir, saat itu kami berdua bekerja. Karena pertimbangan untuk tumbuh kembang anak, akhirnya diputuskan saya sebagai ibu untuk berhenti bekerja. Satu masalah sudah terpecahkan. Kemudian dalam jangka waktu 15 bulan setelah kelahiran anak pertama, maka kami pun dikaruniai anak kedua. Mulailah timbul kembali permasalahan, apalagi saat itu kebetulan kami tidak mempunyai pembantu. Saya tidak bisa terus menerus mengandalkan ibu saya, untuk membantu saya mengasuh salah satu anak kami, karena ibu saya tidak tinggal satu kota dengan kami. Begitupun dengan ibu mertua saya, selain beliau tidak satu kota, beliau juga masih bekerja dan belum pensiun. Pontang-panting saya mencari pembantu rumah tangga yang bisa menginap, karena selama ini kami hanya mempunyai pembantu rumah tangga yang pulang pergi, itupun hanya sampai siang.
Sedih rasanya ketika saya disibukkan mengurus salah satu anak, maka anak yang satunya agak terabaikan, apalagi kalau salah satu dari mereka sedang sakit. Belum lagi ketika kondisi saya sedang lelah, kadangkala emosi saya jadi kurang terkontrol, dan akibatnya anak yang menjadi korban kemarahan. Bukan saja anak yang menjadi korban, namun juga keadaan ini menjadi salah satu pemicu pertengkaran. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh pada keharmonisan keluarga, tak jarang saya pun menangis karena keadaan ini.
Akhirnya setelah kami diskusikan solusi terbaik adalah bahwa kami sangat membutuhkan asisten atau pembantu rumah tangga yang menginap agar saya bisa lebih mengoptimalkan tumbuh kembang anak, suami bisa konsentrasi dalam bekerja, sedangkan urusan yang tidak bisa saya pegang, diambil alih oleh asisten. Sehingga rumah tangga kami harmonis kembali.
Saat hendak memutuskan untuk berkeluarga, banyak sekali rencana-rencana tersusun di kepala, semuanya serba ideal dan indah. Namun ternyata tidak demikian halnya dengan kenyataan untuk mewujudkan rencana indah itu. Banyak faktor yang menjadi kendala.
Sewaktu baru menikah dan masih berdua, ketika kami ada permasalahan dengan mudahnya dapat diselesaikan. Masalah serius mulai timbul ketika anak pertama kami lahir, saat itu kami berdua bekerja. Karena pertimbangan untuk tumbuh kembang anak, akhirnya diputuskan saya sebagai ibu untuk berhenti bekerja. Satu masalah sudah terpecahkan. Kemudian dalam jangka waktu 15 bulan setelah kelahiran anak pertama, maka kami pun dikaruniai anak kedua. Mulailah timbul kembali permasalahan, apalagi saat itu kebetulan kami tidak mempunyai pembantu. Saya tidak bisa terus menerus mengandalkan ibu saya, untuk membantu saya mengasuh salah satu anak kami, karena ibu saya tidak tinggal satu kota dengan kami. Begitupun dengan ibu mertua saya, selain beliau tidak satu kota, beliau juga masih bekerja dan belum pensiun. Pontang-panting saya mencari pembantu rumah tangga yang bisa menginap, karena selama ini kami hanya mempunyai pembantu rumah tangga yang pulang pergi, itupun hanya sampai siang.
Sedih rasanya ketika saya disibukkan mengurus salah satu anak, maka anak yang satunya agak terabaikan, apalagi kalau salah satu dari mereka sedang sakit. Belum lagi ketika kondisi saya sedang lelah, kadangkala emosi saya jadi kurang terkontrol, dan akibatnya anak yang menjadi korban kemarahan. Bukan saja anak yang menjadi korban, namun juga keadaan ini menjadi salah satu pemicu pertengkaran. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh pada keharmonisan keluarga, tak jarang saya pun menangis karena keadaan ini.
Akhirnya setelah kami diskusikan solusi terbaik adalah bahwa kami sangat membutuhkan asisten atau pembantu rumah tangga yang menginap agar saya bisa lebih mengoptimalkan tumbuh kembang anak, suami bisa konsentrasi dalam bekerja, sedangkan urusan yang tidak bisa saya pegang, diambil alih oleh asisten. Sehingga rumah tangga kami harmonis kembali.
Mempersiapkan Anak Masuk TK
Mempersiapkan Anak Masuk TK
Sebenarnya tidak ada persiapan formal utuk masuk TK, keculi bagi sekolah yang memang mengharuskan muridnya sudah bisa BAK dan BAB tanpa ditolong. Untuk memasuki TK selain batasan umur, juga adalah pertimbangan kesiapan anak untuk bersekolah. Diantaranya sebagai berikut :
1. Perkembangan bahasa
Anak sudah mampu mengatakan keinginananya, menceritakan kembaliapa yang dilihat,berbicara satu kalimat yang teratur, menyanyi, mengikuti petunjuk sederhana, berkomunikas dengan orang dewasa dan teman-temannya.
2. Perkembangan Sosial dan Emosi
Apakah anak sudah mau berbagi dengan teman-temannya, berpartisi-pasi dalam kelompok, sudah dapat menikmati kebersamaan dengan teman seusianya, dalam menerima pelajaran apakah anak sudah memiliki keseriusan mengikuti petunjuk guru,aturan dan perintah ringan.
3. Ketrampilan Motorik
Anak mampu melakukan ketrampilan motorik kasar, seperti berjalan, berlari dan melompat, dan menaiki tangga. Motorik halus seperti,menyendok makanan nya sendiri, memegang pensil.
4.. Keperayaan Diri
Sikap percaya dirimenunjukkan bahwa anak mampu berpisah dari orang tuanya untuk beberapa waktu, serta melakuakan beberapa hal dengan mandiri.anak juga sudah memiliki kemampuan bermain.
Untuk mempersiapkan anak masuk sekolah, sebaiknya anak harus mulai dipersiapkan dari rumah. Kita bisa mulai menanamkan pada dirinya bahwa ia bukan bayi lagi. Secara bertahap,kita mulai menjauhkan barang-barang bayi miliknya, seperti botolsusu, ataupun selimut kesayangannya. Mulai memberikan penghargaan saat anak menunjukkan keberhasilannya. Kita pun mulai menghentikan mengajak anak berbicara dengan kata-kata bayi.
Mulailah mengasah ketrampilan sosialnya, yaitu ketrampilan untuk berhubungan dengan orang-orang lain sekitarnya, misalnya jangan selalu menyelamatkan anak saat bermain bersama teman-temannya. Setiap kali anak punya persoalan dan lari meminta tolong kepada kita, mintalah anak berusaha menyelesaikan sendiri dulu, karena tentunya anak masih membutuhkan kita sebagai orang tua. Doronglah anak untuk menyelesaikan persoalan dngan temannya, karena keberhasilannya dalam mengatasi masalah kan menumbuhkan rasa percaya dirinya.
Agar anak terbebas dari kecemasan ketika pertama kali akan masuk sekolah, kita dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Sejak jauh-jauh hari katakan pada anak rencana memasukkannya ke sekolah.
- Ungkapkan bahwa sekolah itu bukanlah tempat yang menakutkan.
- Jangan memasukkan anak ke sekolah hanya karena dorongan untuk mengubah kelakuan si anak yangtidak berkenan di hati.
- Persiapanuntuk masuk sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain menggunakan media boneka untuk mengisahkan betapa menyenangkan bersekolah.
- Bila kakaknya sudah sekolah, tak ada salahnya mengajak adiknya sesekali ke sekolah Di sekolah anak dapat melihat langsung kegiatan bersekolah juga belajar bahwa sekolah itu seseorang anak tak perlu ditunggui orang tua.
- Dengan demikian anak akan merasa bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan.
Sebenarnya tidak ada persiapan formal utuk masuk TK, keculi bagi sekolah yang memang mengharuskan muridnya sudah bisa BAK dan BAB tanpa ditolong. Untuk memasuki TK selain batasan umur, juga adalah pertimbangan kesiapan anak untuk bersekolah. Diantaranya sebagai berikut :
1. Perkembangan bahasa
Anak sudah mampu mengatakan keinginananya, menceritakan kembaliapa yang dilihat,berbicara satu kalimat yang teratur, menyanyi, mengikuti petunjuk sederhana, berkomunikas dengan orang dewasa dan teman-temannya.
2. Perkembangan Sosial dan Emosi
Apakah anak sudah mau berbagi dengan teman-temannya, berpartisi-pasi dalam kelompok, sudah dapat menikmati kebersamaan dengan teman seusianya, dalam menerima pelajaran apakah anak sudah memiliki keseriusan mengikuti petunjuk guru,aturan dan perintah ringan.
3. Ketrampilan Motorik
Anak mampu melakukan ketrampilan motorik kasar, seperti berjalan, berlari dan melompat, dan menaiki tangga. Motorik halus seperti,menyendok makanan nya sendiri, memegang pensil.
4.. Keperayaan Diri
Sikap percaya dirimenunjukkan bahwa anak mampu berpisah dari orang tuanya untuk beberapa waktu, serta melakuakan beberapa hal dengan mandiri.anak juga sudah memiliki kemampuan bermain.
Untuk mempersiapkan anak masuk sekolah, sebaiknya anak harus mulai dipersiapkan dari rumah. Kita bisa mulai menanamkan pada dirinya bahwa ia bukan bayi lagi. Secara bertahap,kita mulai menjauhkan barang-barang bayi miliknya, seperti botolsusu, ataupun selimut kesayangannya. Mulai memberikan penghargaan saat anak menunjukkan keberhasilannya. Kita pun mulai menghentikan mengajak anak berbicara dengan kata-kata bayi.
Mulailah mengasah ketrampilan sosialnya, yaitu ketrampilan untuk berhubungan dengan orang-orang lain sekitarnya, misalnya jangan selalu menyelamatkan anak saat bermain bersama teman-temannya. Setiap kali anak punya persoalan dan lari meminta tolong kepada kita, mintalah anak berusaha menyelesaikan sendiri dulu, karena tentunya anak masih membutuhkan kita sebagai orang tua. Doronglah anak untuk menyelesaikan persoalan dngan temannya, karena keberhasilannya dalam mengatasi masalah kan menumbuhkan rasa percaya dirinya.
Agar anak terbebas dari kecemasan ketika pertama kali akan masuk sekolah, kita dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Sejak jauh-jauh hari katakan pada anak rencana memasukkannya ke sekolah.
- Ungkapkan bahwa sekolah itu bukanlah tempat yang menakutkan.
- Jangan memasukkan anak ke sekolah hanya karena dorongan untuk mengubah kelakuan si anak yangtidak berkenan di hati.
- Persiapanuntuk masuk sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain menggunakan media boneka untuk mengisahkan betapa menyenangkan bersekolah.
- Bila kakaknya sudah sekolah, tak ada salahnya mengajak adiknya sesekali ke sekolah Di sekolah anak dapat melihat langsung kegiatan bersekolah juga belajar bahwa sekolah itu seseorang anak tak perlu ditunggui orang tua.
- Dengan demikian anak akan merasa bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan.
Sabtu, 05 Maret 2011
Hati-hatilah dengan Kebiasaan Menulis
Hati-hatilah dengan Kebiasaan Menulis
oleh Rizal Falih
”James Pennebaker, Ph.D. dan Janet Seager, Ph. D dalam Jurnal Clinical Psychology menulis bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara fisik.”
Menulis adalah pekerjaan yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk di lakukan, apalagi untuk orang yang tidak biasa menulis seperti saya. Banyak orang yang ketika diajak untuk menulis berkata “Ah saya tidak punya bakat menulis”, “Menulis itu sulit banget, susah cari ide untuk membuat tulisan”, “Saya terlalu sibuk, sehingga tidak ada waktu buat saya menulis”, bahkan ada yang ekstrim dengan mengatakan “Ah menulis itu hanya membuang-buang waktu saja”.
Menulis benar-benar menjadi pekerjaan yang menyebalkan untuk orang yang belum mengerti maanfaat yang dapat diambil dari kegiatan yang sepertinya remeh temeh ini. Lantas apakah benar ada manfaat yang bisa di petik dari kegiatan tulis menulis.
Ketika akan membuat sebuah tulisan ada tiga tahapan utama yang akan dilalui yaitu tahap persiapan, tahap penulisan itu sendiri dan tahap koreksi. Dari tahapan-tahapan ini saja kita sudah bisa memperoleh maanfaatnya, tidak percaya? ayo kita buktikan.
Langkah pertama dalam menulis adalah menentukan maksud dan tujuan dari tulisan yang akan kita buat, apakah membuat suatu reportase dari sebuah peristiwa, membuat cerita hiburan, berbagi pengetahuan, dan lain sebagainya. Tujuan inilah yang nantinya dijadikan sebagai acuan untuk mengumpulkan data, dan bahan-bahan penunjang yang lain yang digunakan untuk mengembangkan tulisan yang dibuat, dengan memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan ide dan gagasan yang akan kita buat tersebut.
Tujuan inilah yang akan membantu seorang penulis untuk lebih fokus dalam upaya mencapai tujuan yang di inginkan dan terarah dalam mengembangkan topik yang akan ditulisnya. Dan jika kebiasaan ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka seorang penulis akan memiliki tujuan hidup yang lebih jelas dan fokus dalam mencapainya.
Setelah menetukan tujuan yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data dan informasi untuk membangun tulisan tersebut. Untuk itu penulis perlu menggali informasi dari berbagai sumber, misalnya dari tulisan-tulisan orang lain, wawancara langung dengan narasumber, penelusuran langsung ke lapangan, ataupun informasi lain yang berhubungan dengan tulisan. Dari tahapan ini penulis di pacu untuk belajar menyerap segala informasi yang telah berhasil dikumpulkan, sehingga tahap persiapan ini bisa di jadikan sebagai sarana belajar bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
Setelah informasi dapat dikumpulkan, penulis dapat menyusun kerangka dasar penulisan. Karenanya diperlukan kemampuan untuk berpikir sistematis agar informasi yang ingin disampaikan sampai kepada pembacanya. Jika kebiasaan ini dilakukan secara terus menerus maka seorang penulis akan terbiasa untuk berpikir secara sistematis, dan dapat diterapkan dalam bidang lain, seperti dalam membuat suatu perencanaan, menyusun laporan dan aspek hidup yang lain. Kebiasaan ini bisa menjadi modal penting untuk meraih kesuksesan di segala bidang yang ditekuni.
Setelah kerangka dasar tulisan tersusun, selanjutnya seorang penulis dapat mengembangkan tulisannya. pada proses ini, penulis di pacu untuk mencari kata-kata yang tepat, dan menyusunnya menjadi kalimat yang benar, membuat konsep, menuangkan ide dan gagasan dan membuatnya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan erat serta sejalan sehingga tulisan mudah dipahami oleh si pembaca. Untuk melakukan semuanya itu, penulis dituntut untuk mengaktifkan kemampuan intelektual untuk menjelaskan ide dan gagasannya, dan kemampuan berpikir kritis untuk mendukung ide dan gagasannya itu dengan data dan contoh yang sesuai.
Langkah terakhir dalam menulis adalah penyutingan, revisi dan mengkoreksi untuk menyempurnakan tulisan yang telah dibuat. Untuk tahapan ini, seorang penulis perlu memeriksa kembali tulisannya secara kritis dan objektif. Melihat kembali apakah ada kesalahan kalimat, pemilihan contoh yang sesuai, dan apakah informasi yang akan disampaikan sudah cukup jelas.
Dalam tahapan ini seorang penulis memerlukan objektifitas dalam mengevaluasi kesalahan, keberanian untuk mengakui kesalahan dan upaya untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Hal ini tentu juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa keberanian untuk melakukan evaluasi diri secara objektif, keberanian mengakui kesalahan maka tidak akan adaya upaya untuk melakukan perbaikan dalam rangka mencapai kesuksesan.
(Sumber: edukasi.kompasiana.com)
oleh Rizal Falih
”James Pennebaker, Ph.D. dan Janet Seager, Ph. D dalam Jurnal Clinical Psychology menulis bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara fisik.”
Menulis adalah pekerjaan yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk di lakukan, apalagi untuk orang yang tidak biasa menulis seperti saya. Banyak orang yang ketika diajak untuk menulis berkata “Ah saya tidak punya bakat menulis”, “Menulis itu sulit banget, susah cari ide untuk membuat tulisan”, “Saya terlalu sibuk, sehingga tidak ada waktu buat saya menulis”, bahkan ada yang ekstrim dengan mengatakan “Ah menulis itu hanya membuang-buang waktu saja”.
Menulis benar-benar menjadi pekerjaan yang menyebalkan untuk orang yang belum mengerti maanfaat yang dapat diambil dari kegiatan yang sepertinya remeh temeh ini. Lantas apakah benar ada manfaat yang bisa di petik dari kegiatan tulis menulis.
Ketika akan membuat sebuah tulisan ada tiga tahapan utama yang akan dilalui yaitu tahap persiapan, tahap penulisan itu sendiri dan tahap koreksi. Dari tahapan-tahapan ini saja kita sudah bisa memperoleh maanfaatnya, tidak percaya? ayo kita buktikan.
Langkah pertama dalam menulis adalah menentukan maksud dan tujuan dari tulisan yang akan kita buat, apakah membuat suatu reportase dari sebuah peristiwa, membuat cerita hiburan, berbagi pengetahuan, dan lain sebagainya. Tujuan inilah yang nantinya dijadikan sebagai acuan untuk mengumpulkan data, dan bahan-bahan penunjang yang lain yang digunakan untuk mengembangkan tulisan yang dibuat, dengan memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan ide dan gagasan yang akan kita buat tersebut.
Tujuan inilah yang akan membantu seorang penulis untuk lebih fokus dalam upaya mencapai tujuan yang di inginkan dan terarah dalam mengembangkan topik yang akan ditulisnya. Dan jika kebiasaan ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka seorang penulis akan memiliki tujuan hidup yang lebih jelas dan fokus dalam mencapainya.
Setelah menetukan tujuan yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data dan informasi untuk membangun tulisan tersebut. Untuk itu penulis perlu menggali informasi dari berbagai sumber, misalnya dari tulisan-tulisan orang lain, wawancara langung dengan narasumber, penelusuran langsung ke lapangan, ataupun informasi lain yang berhubungan dengan tulisan. Dari tahapan ini penulis di pacu untuk belajar menyerap segala informasi yang telah berhasil dikumpulkan, sehingga tahap persiapan ini bisa di jadikan sebagai sarana belajar bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
Setelah informasi dapat dikumpulkan, penulis dapat menyusun kerangka dasar penulisan. Karenanya diperlukan kemampuan untuk berpikir sistematis agar informasi yang ingin disampaikan sampai kepada pembacanya. Jika kebiasaan ini dilakukan secara terus menerus maka seorang penulis akan terbiasa untuk berpikir secara sistematis, dan dapat diterapkan dalam bidang lain, seperti dalam membuat suatu perencanaan, menyusun laporan dan aspek hidup yang lain. Kebiasaan ini bisa menjadi modal penting untuk meraih kesuksesan di segala bidang yang ditekuni.
Setelah kerangka dasar tulisan tersusun, selanjutnya seorang penulis dapat mengembangkan tulisannya. pada proses ini, penulis di pacu untuk mencari kata-kata yang tepat, dan menyusunnya menjadi kalimat yang benar, membuat konsep, menuangkan ide dan gagasan dan membuatnya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan erat serta sejalan sehingga tulisan mudah dipahami oleh si pembaca. Untuk melakukan semuanya itu, penulis dituntut untuk mengaktifkan kemampuan intelektual untuk menjelaskan ide dan gagasannya, dan kemampuan berpikir kritis untuk mendukung ide dan gagasannya itu dengan data dan contoh yang sesuai.
Langkah terakhir dalam menulis adalah penyutingan, revisi dan mengkoreksi untuk menyempurnakan tulisan yang telah dibuat. Untuk tahapan ini, seorang penulis perlu memeriksa kembali tulisannya secara kritis dan objektif. Melihat kembali apakah ada kesalahan kalimat, pemilihan contoh yang sesuai, dan apakah informasi yang akan disampaikan sudah cukup jelas.
Dalam tahapan ini seorang penulis memerlukan objektifitas dalam mengevaluasi kesalahan, keberanian untuk mengakui kesalahan dan upaya untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Hal ini tentu juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa keberanian untuk melakukan evaluasi diri secara objektif, keberanian mengakui kesalahan maka tidak akan adaya upaya untuk melakukan perbaikan dalam rangka mencapai kesuksesan.
(Sumber: edukasi.kompasiana.com)
Langganan:
Postingan (Atom)