Kamis, 28 Oktober 2010

salah satu bukti "Konspirasi" CODEX ALIMENTARIUS : KANDUNGAN MELAMIN DALAM SUSU BUBUK

Saya copy paste dari :http://www.facebook.com/photo.php?fbid=1673333476533&set=a.1591408908470.2088067.1333315146&ref=nf#!/notes/biru-hati-syaheed/salah-satu-bukti-konspirasi-codex-alimentarius-kandungan-melamin-dalam-susu-bubu/448742431810


KANDUNGAN MAKSIMUM MELAMIN DALAM SUSU BUBUK 1 MG/KG



Jumlah maksimum melamin yang diperbolehkan dalam susu bubuk untuk bayi adalah 1 mg/kg dan jumlah maksimum bahan kimia yang diperbolehkan untuk makanan lain dan makanan binatang adalah 2,5 mg/kg, berdasarkan peraturan baru dari Komisi Standarisasi Makanan PBB, Codex Alimentarius Commission, demikian siaran pers World Health Organitation (WHO) 6 Juli 2010.



Melamin adalah bahan kimia yang digunakan dalam berbagai macam proses pengolahan termasuk pabrik plastik untuk peralatan makan dan peralatan dapur, pelapis kaleng – dan sisa-sisanya tercampur bersama makanan tanpa menyebabkan gangguan kesehatan, namun berbahaya dalam jumlah banyak.



“Penentuan tingkat maksimum ini membantu pemerintah membedakan antara tingkat rendah melamin yang tidak menyebabkan masalah kesehatan, dan menghindari pemalsuan yang disengaja - untuk melindungi kesehatan masyarakat tanpa menghambat perdagangan internasional” kata Martijn Weijtens, Ketua Komite Codex. Walaupun tidak mengikat secara hukum, batasan baru ini memungkinkan negara untuk menolak izin impor produk dengan level melamin yang berlebihan.



Sidang Komisi Standarisasi Makanan dihadiri 500 delegasi dari 130 negara. Keputusan lain yang diambil yaitu : Ukuran sehat untuk sayuran dan makanan laut yang sehat, segar dan amanSayuran segar dan berdaun merupakan bagian dari diet sehat dan tumbuh dalam kondisi yang beragam yang dipasarkan ditingkat lokal maupun global untuk memberikan ketersediaan konsumen sepanjang tahun. Produk ini bergerak dari peternakan ke meja, yang dapat terkontaminasi oleh patogen seperti salmonella, e. coli, dan virus hepatitis A.



Sidang ini juga menghasilkan panduan spesifik untuk produksi, panen, pengepakan, pengolahan, penyimpanan, distribusi, pemasaran dan pendidikan konsumen untuk mengurangi risiko keamanan pangan yang berkaitan dengan produk ini. Panduan lain meliputi aspek seperti pengendalian air irigasi, pendinginan, penyimpanan dan cara mencuci tangan yang benar oleh konsumen.



Komisi ini juga memberikan saran spesifik tentang cara mengontrol bakteri dalam makanan laut. Dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan telah terjadi peningkatan wabah penyakit bawaan makanan yang disebabkan oleh bakteri yang disebut spesies Vibrio, yang biasanya dikaitkan dengan konsumsi makanan laut, terutama tiram yang sering dimakan mentah. Peraturan baru dari Komisi ini akan membantu meminimalkan risiko.



AflatoksinTingkat maksimum 10 mikrogram / kg khusus untuk aflatoksin dalam kacang Brasil (dikupas dan siap dimakan) dan 15 mikrogram / kg untuk kacang Brasil yang dikupas (dimaksudkan untuk diproses lebih lanjut), Komisi ini juga mengadopsi kode praktis untuk mencegah kontaminasi alfatoksin . Aflatoksin adalah jamur karsinogenik yang dapat mencemari jagung, kacang tanah dan tanaman pangan lainnya seperti kacang-kacangan dalam kondisi tertentu.



Metode baru untuk menentukan kadar makananMetode yang digunakan untuk analisa dan sampling merupakan dasar untuk kontrol dan pemeriksaan terhadap makanan. Pedoman baru yang diadopsi oleh Komisi ini memungkinkan untuk menjalankan tes untuk menentukan apakah makanan yang berasal dari bioteknologi modern, untuk mengotentikasi variasi makanan seperti spesies ikan dan untuk mendeteksi adanya alergen .



Persetujuan tentang pedoman ini menandai sebuah konsensus internasional penting di bidang bioteknologi di mana Komisi ini telah mengembangkan beberapa pedoman yang berkaitan dengan penilaian keamanan pangan untuk makanan yang berasal dari bioteknologi modern.



Codex Alimentarius Commission, dijalankan bersama oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dan WHO selama 47 tahun, menetapkan standar makanan internasional untuk melindungi kesehatan konsumen dan memastikan praktek yang adil dalam perdagangan makanan. Hasil pekerjaan Komisi itu bernama Codex Alimentarius (Latin untuk "kode makanan"), satu set standar internasional keamanan pangan berkualitas. Standar-standar ini, ketika diperkenalkan dalam undang-undang nasional, memberikan kontribusi bagi keamanan makanan dan perdagangan pangan internasional.



The Codex Alimentarius adalah contoh kerja sama antar-lembaga yang paling lama berdiri dalam sistem PBB. Lembaga ini memiliki anggota 182 negara dan satu organisasi anggota, Uni Eropa.



Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-500567, 30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@depkes.go.id, kontak@depkes.go.id

(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1177-kandungan-maksimum-melamin-dalam-susu-bubuk-1-mgkg.html)

Adalah Codex Alimentarius, yaitu sebuah program dari puluhan atau bahkan ratusan program yang terdapat dalam agenda 21 Zionisme, atau yang biasa dikenal sebagai “New World Order” atau “Tatanan Dunia baru” dibawah penguasaan Zionisme Yahudi Internasional. Program ini adalah salah satu alat untuk tercapainya program Zionisme yang lebih besar lagi, yaitu mengurangi jumlah penduduk dunia secara besar-besaran.



Codex Alimentarius adalah program PBB (dalam hal ini dikerjakan oleh FAO dan WHO) yang dicanangkan sejak tahun 1963 dan intensif dikerjakan di awal abad 21 ini. Tujuan Codex Alimentarius adalah membuat standar pangan bagi seluruh dunia.



Hmmm… terlihat biasa saja ya sepertinya, terlebih itu dikerjakan oleh PBB yang kita taunya bekerja demi perdamaian dunia. Padahal PBB dan WHO sendiri didirikan oleh keluarga milyuner Rockefeller, yaitu salah satu tokoh Zionisme Yahudi yang paling berpengaruh di dunia saat ini.



Apa saja rancangan dalam Codex Alimentarius?

1. Mengendalikan nutrisi dalam makanan
2. Mengatur penggunaan bahan kimiawi dalam makanan
3. Mengatur pestisida yang digunakan untuk pertanian
4. Membuat standar prosedur baru dalam sistem keamanan dan kebersihan makanan
5. Mengatur bio-teknologi pangan (dalam hal ini rekayasa genetika sumber pangan)
6. Membuat standar prosedur penelitian makanan
7. dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar